Yupiter Dewa Langit |
Dalam beberapa literature kitab Purana maka nama suci Dewata Sang Hyang Dyaus ini sangat jarang kita temukan. Yang paling utama disebutkan adalah dalam kitab Mantra Samhita, bahwa Sang Hyang Dyaus adalah diyakini serta dipuja sebagai sosok Dewata yang memiliki sebuah kekuasaan tertinggi. Sang Hyang Dyaus adalah Dewata yang paling tertua dan memiliki pengaruh kuat dari seluruh Dewa yang ada.
Secara harfiah, maka kata Dyaus sendiri memiliki difinisi angkasa, atau ether. Dengan demikian jika kita berbicara konteks ini, kita akan mengenal sebuah persepsi bahwa tidak ada ujung dan pangkalnya. Ini merupakan sebuah makna simbolik bahwa Sang Hyang Dyaus adalah menyimbulkan sebuah kemahaadaan dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Dalam kitab Mantra Samhita, maka Sang Hyang Dyaus adalah Dewata yang dinyatakan memiliki kuasa atas Surga Loka. Ini akan membawa kita pada sebuah persamaan bahwa Sang Hyang Dyaus sebenarnya adalah aspek lain dari Bhatara Indra sendiri. Atau dapat juga berbeda secara personalitas. Mengingat Purana senantiasa berbicara tentang Bhatara Indra sebagai penguasa Sorga dan nama suci Sang Hyang Dyaus sepertinya tidak disebutkan.
Mungkin ini diberikan karena jika kita membicarakan masalah angkasa yang maha luas dan tidak terbatas, dan berada di atas, maka persepsi kita bahwa langit itulah tempat Surga. Padahal, Surga sendiri merupakan bagian dari Sapta Loka yang memiliki wilayah berbeda dengan Bumi kita. Karena itu, sebaiknya memuja Sang Hyang Dyaus secara terpisah dalam pengertian yang sama dengan Paduka Bhatara Indra. Jika kita melihat langit, dan dari sana mendatangkan hujan, maka keberadaan Sang Hyang Dyaus tidak akan pernah lepas dari Bhatari Pertiwi atau Bumi.
Oleh sebab itulah, maka Bumi dan Langit dalam filsafat ini tidak dapat dipisahkan. Karena itu dari sinilah sebenarnya datang sebuah konsep Bapak dan Ibu. Ayah dan Ibu alam semesta. Ayah adalah Sang Hyang Dyaus dan Ibu adalah Sang Hyang Prhtiwi. Dengan demikian, ayah akan melimpahkan hujan pada ibu Bumi dan disanalah ada sebuah kesuburan hingga mahlukpun hidup.
Dengan konsep inilah, maka Sang Hyang Dyaus dan juga Bhatari Prhtiwi dipuja secara bersamaan. dalam konteks inilah, beliau di berinama suci yakni Sang Hyang Dyavaprthiwi. Artinya ayah langit dan ibu bumi. Dalam kita Reg Veda Samhita sendiri nama suci Sang Hyang Dyaus disebutkan sebanyak kurang lebih 50 Mantra, dan kesemuanya mengagungkan kebesaran Beliau.
Dalam iconografi Hindu,
maka pribadi Sang Hyang Dyaus ini digambarkan dengan sosok Dewata yang sangat besar, bijaksana, penuh dengan moralitas dan kesadaran, kemudian penuh energi. Yang terpenting adalah Sang Hyang Dyaus senantiasa mengajarkan kebijaksanaan serta moralitas kepada para penyembah-Nya yang setia. Dengan demikian, jika pembaca yang budiman ingin menjadi bikasana, dan memiliki sebuah kesadaran yang mantap, maka pujalah Sang Hyang Dyaus.
Dalam kita Reg Veda Samhita juga, Sang Hyang Dyaus dinyatakan sebagai pencipta alam semesta. Kemudian menciptakan mahluk. dengan demikian, kita akan mengenal Sang Hyang Brahma dalam Purana yang memiliki kualifikasi serta fungsi yang sama. Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Dyaus dinyatakan sebagai sosok yang sama. Sebab Sang Hyang Dyaus adalah pencipta alam raya berserta isinya ini. Dengan demikianlah, maka tidak salah jika penggambaran sosok Sang Hyang Dyaus ini sering dilukiskan dengan wajah yang menggunakan janggut tebal, sama persis dengan iconografi yang melukiskan wajah agung Bhatara Brahma.
Karena Sang Hyang Dyaus adalah penguasa Sorga Loka, maka Sang Hyang Dyaus juga disebut sebagai Dyaus Pitar atau ayah langit. Dalam beberapa versi cerita Sang Hyang Dyaus sering dihubungkan dengan planet yang bernama Yupiter. Sang Hyang Dyaus sendiri dalam bahasa Yunani sering dipuja dengan nama Dewa Zeuspitar. Jadi orang Yunani juga memuja Langit seperti Hindu dengan melihat Sang Hyang Dyaus laksana ayah yang mengadakan semuanya.
Sedangkan kita akan menemukan kembali konsep Dewata yang disebut dengan Asta Vasu yakni kelompok Dewata yang berjumlah delapan. dan menguasai elemen serta daya vital kekuatan alam semesta dan benda-benda angkasa luar. Sang Hyang Dyaus sendiri dinyatakan sebagai bagian dari Asta Vasu tersebut. Yang jelas Hindu memandang bahwa seluruh lapisan alam dan elemen alam ada pengaturnya. Dengan demikian, kita akan menemukan bahwa semua unsur alam terdapat energi Tuhan disana, dan inilah sebab mengapa
Hindu disebut dengan sebuah agama yang Pantheisme bukan Monotheisme.
Monotheisme murni adalah sebuah paham dimana Tuhan Yang Maha Esa digambarkan dengan personalitas yang satu-satunya dan memiliki identitas laki-laki. Namun jauh berbeda dengan ciptaan-Nya. Atau dengan kata lain, Tuhan adalah duduk diatas langit dan terpisah dari alam ciptaan-Nya. Ini akan tentu berbeda dengan konsep ketuhanan yang disebut dengan Pantheisme, bahwa alam ini adalah Tuhan.
Jadi agama Pantheisme seperti Hindu adalah sebuah agama yang sangat menghormati alam dan lingkungan. Sebab Tuhan adalah identik dengan alam dan alam adalah identik dengan Tuhan. Jadi agama Hindu adalah sebuah agama yang mengajarkan kedamaian dan cinta kasih serta melihat semuanya sebagai bentuk Tuhan.
Sumber Buku Sang Hyang Purana oleh Gede Agus Budi Adnyana, S.Pd.B, diposting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.
Secara harfiah, maka kata Dyaus sendiri memiliki difinisi angkasa, atau ether. Dengan demikian jika kita berbicara konteks ini, kita akan mengenal sebuah persepsi bahwa tidak ada ujung dan pangkalnya. Ini merupakan sebuah makna simbolik bahwa Sang Hyang Dyaus adalah menyimbulkan sebuah kemahaadaan dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Dalam kitab Mantra Samhita, maka Sang Hyang Dyaus adalah Dewata yang dinyatakan memiliki kuasa atas Surga Loka. Ini akan membawa kita pada sebuah persamaan bahwa Sang Hyang Dyaus sebenarnya adalah aspek lain dari Bhatara Indra sendiri. Atau dapat juga berbeda secara personalitas. Mengingat Purana senantiasa berbicara tentang Bhatara Indra sebagai penguasa Sorga dan nama suci Sang Hyang Dyaus sepertinya tidak disebutkan.
Mungkin ini diberikan karena jika kita membicarakan masalah angkasa yang maha luas dan tidak terbatas, dan berada di atas, maka persepsi kita bahwa langit itulah tempat Surga. Padahal, Surga sendiri merupakan bagian dari Sapta Loka yang memiliki wilayah berbeda dengan Bumi kita. Karena itu, sebaiknya memuja Sang Hyang Dyaus secara terpisah dalam pengertian yang sama dengan Paduka Bhatara Indra. Jika kita melihat langit, dan dari sana mendatangkan hujan, maka keberadaan Sang Hyang Dyaus tidak akan pernah lepas dari Bhatari Pertiwi atau Bumi.
Oleh sebab itulah, maka Bumi dan Langit dalam filsafat ini tidak dapat dipisahkan. Karena itu dari sinilah sebenarnya datang sebuah konsep Bapak dan Ibu. Ayah dan Ibu alam semesta. Ayah adalah Sang Hyang Dyaus dan Ibu adalah Sang Hyang Prhtiwi. Dengan demikian, ayah akan melimpahkan hujan pada ibu Bumi dan disanalah ada sebuah kesuburan hingga mahlukpun hidup.
Dengan konsep inilah, maka Sang Hyang Dyaus dan juga Bhatari Prhtiwi dipuja secara bersamaan. dalam konteks inilah, beliau di berinama suci yakni Sang Hyang Dyavaprthiwi. Artinya ayah langit dan ibu bumi. Dalam kita Reg Veda Samhita sendiri nama suci Sang Hyang Dyaus disebutkan sebanyak kurang lebih 50 Mantra, dan kesemuanya mengagungkan kebesaran Beliau.
Dalam iconografi Hindu,
maka pribadi Sang Hyang Dyaus ini digambarkan dengan sosok Dewata yang sangat besar, bijaksana, penuh dengan moralitas dan kesadaran, kemudian penuh energi. Yang terpenting adalah Sang Hyang Dyaus senantiasa mengajarkan kebijaksanaan serta moralitas kepada para penyembah-Nya yang setia. Dengan demikian, jika pembaca yang budiman ingin menjadi bikasana, dan memiliki sebuah kesadaran yang mantap, maka pujalah Sang Hyang Dyaus.
Dalam kita Reg Veda Samhita juga, Sang Hyang Dyaus dinyatakan sebagai pencipta alam semesta. Kemudian menciptakan mahluk. dengan demikian, kita akan mengenal Sang Hyang Brahma dalam Purana yang memiliki kualifikasi serta fungsi yang sama. Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Dyaus dinyatakan sebagai sosok yang sama. Sebab Sang Hyang Dyaus adalah pencipta alam raya berserta isinya ini. Dengan demikianlah, maka tidak salah jika penggambaran sosok Sang Hyang Dyaus ini sering dilukiskan dengan wajah yang menggunakan janggut tebal, sama persis dengan iconografi yang melukiskan wajah agung Bhatara Brahma.
Karena Sang Hyang Dyaus adalah penguasa Sorga Loka, maka Sang Hyang Dyaus juga disebut sebagai Dyaus Pitar atau ayah langit. Dalam beberapa versi cerita Sang Hyang Dyaus sering dihubungkan dengan planet yang bernama Yupiter. Sang Hyang Dyaus sendiri dalam bahasa Yunani sering dipuja dengan nama Dewa Zeuspitar. Jadi orang Yunani juga memuja Langit seperti Hindu dengan melihat Sang Hyang Dyaus laksana ayah yang mengadakan semuanya.
Sedangkan kita akan menemukan kembali konsep Dewata yang disebut dengan Asta Vasu yakni kelompok Dewata yang berjumlah delapan. dan menguasai elemen serta daya vital kekuatan alam semesta dan benda-benda angkasa luar. Sang Hyang Dyaus sendiri dinyatakan sebagai bagian dari Asta Vasu tersebut. Yang jelas Hindu memandang bahwa seluruh lapisan alam dan elemen alam ada pengaturnya. Dengan demikian, kita akan menemukan bahwa semua unsur alam terdapat energi Tuhan disana, dan inilah sebab mengapa
Hindu disebut dengan sebuah agama yang Pantheisme bukan Monotheisme.
Monotheisme murni adalah sebuah paham dimana Tuhan Yang Maha Esa digambarkan dengan personalitas yang satu-satunya dan memiliki identitas laki-laki. Namun jauh berbeda dengan ciptaan-Nya. Atau dengan kata lain, Tuhan adalah duduk diatas langit dan terpisah dari alam ciptaan-Nya. Ini akan tentu berbeda dengan konsep ketuhanan yang disebut dengan Pantheisme, bahwa alam ini adalah Tuhan.
Jadi agama Pantheisme seperti Hindu adalah sebuah agama yang sangat menghormati alam dan lingkungan. Sebab Tuhan adalah identik dengan alam dan alam adalah identik dengan Tuhan. Jadi agama Hindu adalah sebuah agama yang mengajarkan kedamaian dan cinta kasih serta melihat semuanya sebagai bentuk Tuhan.
Sumber Buku Sang Hyang Purana oleh Gede Agus Budi Adnyana, S.Pd.B, diposting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.
amankan untuk koment pertamanya gan. happy blogging
BalasHapusaku suka karya seni orang-orang bali
BalasHapus@ Sahabat Sandy Doank, terima kasih atas komentnya, aman terkendali Bang... @ Sahabat Nabil Balwell , mainlah ke Bali ... beli cindramata hehehe ... promosi Bang...
BalasHapusAdmin