****3D Artist Impressions**** |
Tentang bekerja, orang Bali dikenal punya falsafah unik.
Mereka dikenal masyarakat yang mencintai pekerjaannya, tekun, dan setia. Maka
orang-orang berkomentar; orang Bali memandang hidup itu sendiri adalah kerja.
Bhagawadgitha, buku suci mereka, mengajarkan agar manusia bekerja terus
sepanjang hidup.
Dalam bekerja, mereka diharapkan tidak memandang imbalan sebagai tujuan utama. Bekerja bagi orang Bali, seperti diisyaratkan oleh buku suci mereka, adalah kewajiban. Tidak karena untuk mencukupi kebutuhan hidup seseorang harus bekerja, tapi karena kerja itu merupakan bakti. Bumi akan terus berputar kalau orang bekerja. Dunia akan luluh lantak jika manusia berhenti bekerja.
Memang, alangkah hebatnya falsafah kerja bagi orang
Bali. Bekerja dianggap sebagai satu cara menghaturkan sujud kepada Hyang Widhi.
Karena itu menganggur, tidak bekerja, tidur leha-leha, duduk ongkang-ongkang,
sebenarnya tabu dan bisa-bisa dianggap dosa. Karena itu, bersyukurlah manusia
Bali, karena bukan Cuma untuk memenuhi kebutuhan perut mereka bekerja, tapi
juga demi Agama Hindu.
Di Zaman dulu, tatkala hampir semua penghuni Pulau Surga ini
hidup dari hasil pertanian, tujuan bekerja demi bakti, bukan masalah. Hasil
bumi untuk di makan, demi upacara dan dihaturkan kepada Sang Pencipta. Lambat
laun banyak kebutuhan mendesak karena perkembangan zaman. Badan tak cukup menyantap
hasil bumi, juga menuntut kemanjaan untuk dipersolek. Orang perlu banyak uang
untuk membeli bedak, gincu, shampo, arlogi, radio, kemeja, dasi, sepatu atau
mobil. Maka bekerja pun punya tujuan bercabang kesana-sini, berbiak ke
mana-mana. Bekerja tak hanya untuk menghasilkan uang buat beli makanan. Bekerja
tak lagi hanya untuk bakti, tak lagi untuk melulu beribadah.
Orang Bali, untuk memenuhi kebutuhannya, meresa tak mendapat
cukup uang jika mereka bekerja seperti petani. Mereka sadar, waktu yang terbatas
harus dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak uang. Atau mereka merasa bekerja
beberapa jam tak cukup banyak menghasilkan uang. Yang sering bikin pusing
adalah, sudah bekerja 18 jam sehari, masih saja kurang uang. Karena itu banyak
orang kemudian mengambil pekerjaan sambilan.
Pertanyaan kemudian adalah, apakah orang Bali terbiasa
mengambil banyak jenis pekerjaan ? Ada yang berpendapat, orang Bali itu
sebenarnya gampang mengambil beberapa pekerjaan. Hal begini tampak sejak lama.
Tatkala pariwisata berkembang pesat, tak sulit mencari petani yang bisa diajak
menjadi seniman untuk berkarya memenuhi pesanan turis.
Pelukis yang menghasilkan banyak karya yang disukai turis
adalah kaum petani. Di Ubud, para pelukis itu membagi waktu mereka dengan
sangat baik dan manajerial. Pagi buta mereka ke sawah, ketika istirahat siang
mereka pulang dan melukis. Sore mereka ke sawah lagi. Di Malam hari mereka
menari cak atau menabuh gamelan buat tontonan turis.
Industri pariwisata selalu menuntut terus. Petani itu
diminta melukis banyak. Maka mustahil mereka bekerja rangkap. Mereka harus
memilih. Karena melukis mendatangkan jauh lebih banyak uang, sawahpun merekaa
tinggalkan. Di Ubud, sekarang sulit mencari anak muda yang petani. Mereka lebih
senang jadi perajin. Yang dulu sambilan, kini jadi utama.
Tapi tak semua orang Bali hidup dari melukis. Banyak guru
yang gajinya kecil, harus bekerja sambilan, mengajar di banyak sekolah. Itu
masih bisa dimaklumi. Ada guru bekerja sambilan sebagai tukang ojek.
Belakangan, tak sedikit orang Bali yang jadi pegawai negeri bekerja sambilan
sebagai pemandu wisata. Yang mereka pandu biasanya turis domestik. Tak perlu
susah-susah belajar bahasa asing. Mereka kadang menganggap, mengantar tamu itu
juga sebagai refreshing. Tapi bagaimanapun yang mereka lakukan adalah bekerjasambilan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka harus pintar
berakrobat.
Soal orang Bali bekerja sambilan, tak beda jauh dengan orang
Indonesia lainnya. Tapi ada pendapat, jika memang ingin bekerja sambilan,
sebaiknya tinggal di Bali. Seorang pegawai apotek, pekerja bengkel,tukang las,
di Bali, mudah sekali bekerja sambilan menjadi calo sepeda motor. Di Bali,
tukang cukur enteng sekali kerja sambilan menjadi calo tanah.
Turisme membuat orang-orang Bali semakin pintar memanfaatkan
waktu untuk bekerja sambilan. Ada seorang guru yang kerja sambilan menjual
minuman dingin atau menjadi pedagang acung di obyek wisata. Bagi orang Bali,
falsafah bekerja telah berkembang, tak lagi sepenuhnya seperti disabdakan dalam
Bhagawadgitha.
Basa Basi Bali oleh Gde Aryantha Soethama, posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.
Basa Basi Bali oleh Gde Aryantha Soethama, posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.