CenkBlonk |
Cenkblonk Suara Rakyat yang Menggugat
Kita sudah tiba pada suatu masa di mana rakyat tak mudah percaya. Rakyat ingin ada pemimpin yang dianggap mampu menjadi wakil mereka dan kemudian berjalan bersama menghadapi setiap kesulitan. Siapa yang bisa mempresentasikan diri sebagai pemimpin yang merakyat, dialah yang akan diterima .....
(Putu Fajar Arcana)
Nardayana, dalang wayang kulit yang populer disebut dalang Cenkblonk, Nang Klenceng dan Nang Ceblong. Tokoh Nang Klenceng, kemudian disingkat Cenk, punya wujud lucu; mulutnya panjang seperti buaya, berambut cepak, dan kalau bicara kakinya selalu bergerak. Ia berbicara dengan sangat cepat, tetapi kata-katanya selalu tajam. Sementara tokoh Nang Ceblong, disingkat Blonk, tak kalah lucunya. Kepalanya botak, mulut lebar, perut besar, bicaranya pelan, tetapi menyakitkan. Pasangan rakyat inilah yang jadi asal mula kata "cenkblonk"
Dua tokoh ini bebas dari intervensi penguasa. Kalau empat punakawan; Tualen-Merdah dan Sangut-Delem, kan selalu mewakili rajanya. Bahkan, mereka menjadi penerjemah. Keempatnya tak bisa bebas dari kepentingan penguasa, raja-raja.
Kebetulan di Bali wayang hidup karena didukung yadnya (ritual agama). Jadi, selama ritual itu ada, wayang akan tetap diterima. Kita sudah diberi lahan oleh leluhur, di mana agama bergandeng dengan budaya. Sekarang tinggal kejelian kita bagaimana agar wayang bisa menjadi tontonan dan tuntunan. Hal terberatnya bagaimana membuat wayang masih jadi tuntunan bertingkah laku. Artinya, setelah menonton ada sesuatu yang bisa dipetik, dijadikan cermin kehidupan.
Secara struktur, Nardayana tidak melakukan pembaruan pada bentuk pertunjukan wayang. Namun, ia memberikan sentuhan baru agar wayang hadir sebagai pertunjukan yang kolosal. Kelir wayang yang biasanya tak lebih dari 2 meter, ia perbesar sampai 6 meter. Musik pengiring yang biasanya cuma empat gender diperbanyak dengan batelan kendang, bahkan menambahnya dengan 3 gerong (sinden) dan seorang tandak (sinden lelaki).
Biografi Dalang Nardayana:
Nama Lahir : I Wayan Nardayana, Lahir; Tabanan, 5 Juli 1965, Keluarga; Sagung Putri Puspadi (Istri), Ni Putu Ayu Bintang Sruthi (anak) dan Ni Made Ayu Damar Sari Dewi (anak), Pendidikan; SD 1 Batan Nyuh, SMP Dharmakti Belayu, SMA Dwitunggal Tabanan, S-1 Pedalangan ISI Denpasar, S-2 Institut Hindu Dharma Denpasar, Kandidat Doktor Institut Hindu Dharma Denpasar. Penghargaan; Pengembang Seni Wayang dari Direktorat Seni, Budaya dan Film Depdikbud tahun 2007.
Disarikan (semoga tidak mengubah esensi) dari harian Kompas, Minggu 22 September 2013 oleh Putu Fajar Arcana. (RANBB)
Penggemar Wayang Bali (Parwa, Tantri, Genjek, D. Karbit, Joblar) silakan klik Aneka Seni Budaya Bali ( tanpa streaming )
jaman jani keweh ngalih nak bani menggugat pemimpin... jejeh..!! Ilang idialismene yen ba masuk lingkar setan instansi/kelompok/golongan..! Hahh... cenk, blonk.. wak pengeng neee...................
BalasHapusGumi linggah ajak liu, lain lubuk lain belalang, lain partai lain uangnya... lain pendapatan lainpula pendapatnya , suksma sampun simpang
HapusRakyat kita semakin pintar sehingga tak mudah dibohongi begitu saja. Supaya diterima menjadi wakil mereka, jadilah orang yang jujur kepada nurani.
BalasHapusShare bagus sebagai inspirasi.