Sambutan Presiden RI pada Acara Dharma Santi
Nasional
Jakarta, 22 April 2017
Om Swastyastu
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Pada pagi yang cerah ini, saya ingin
menyampaikan rasa angayubagya karena bisa ber-simakrama dengan umat Hindu dalam
acara Dharma Santi untuk merayakan hari raya Nyepi dan meyambut tahun baru Saka
1939.
Presiden Kita |
Teriring salam saya kepada seluruh umat Hindu,
di seluruh pelosok tanah air, disertai dengan ucapan selamat hari raya Nyepi,
dan juga selamat hari raya Galungan dan Kuningan.
Semoga, perayaan Nyepi yang waktunya berdekatan dengan hari raya Galungan dan Kuningan bisa memberikan keheningan jiwa, rasa Shanti atau kedamaian dan juga Jagadhita atau kesejahteraan bagi kita semua.
Hadirin yang saya hormati,
Hari raya Nyepi memiliki makna yang sangat penting bagi umat Hindu.
Karena dalam momen Nyepi itulah, Umat Hindu
menjalankan catur beratha penyepian sebagai bagian dari upaya pembersihan diri,
bhuwana alit dan juga alam semesta atau bhuwana agung.
Dengan menjalankan catur beratha penyepian, umat
Hindu menyambut tahun baru Saka dengan semangat yang baru dengan jiwa yang
damai, yang lebih harmonis sesuai dengan nilai-nilai Tri Hita Karana.
Dalam Tri Hita Karana, umat Hindu diajarkan
bahwa Srada Bhakti pada Tuhan harus juga diwujudkan dengan menjaga keharmonisan
dengan sesama serta menjaga hubungan harmonis dengan alam yang semuanya
diciptakan oleh Brahman, Penguasa Jagad Raya.
Umat Hindu juga diminta untuk selalu memegang
teguh ajaran Wasudewa Kutum Bhakam, kita semua bersaudara, yang menekankan arti
penting persaudaraan yang sejati karena kita semua berasal dari sumber yang
sama yakni dari Tuhan yang Maha Esa.
Presiden Joko Widodo |
Tri Hita Karana juga mengajarkan kepada umat
Hindu bahwa Srada bhakti pada Tuhan juga harus bisa dimanifestakan dalam
tindakan nyata menjaga dan melestarikan alam di sekitar kita.
Kita telah banyak mengambil dari alam…
untuk dimanfaatkan menjadi sumber
kehidupan kita. Dan sudah saatnya kita juga membayarnya kembali dengan cara
menjaga dan melestarikan alam. Hanya dengan cara itu kita semua akan
mendapatkan kehidupan yang harmonis, Shanti dan Jagadhita.
Hadirin yang saya muliakan,
Membawa kembali kesadaran baru tentang
makna menjaga keharmonisan serta
persaudaraan sejati ini sangat penting dalam kehidupan kita, dalam berbangsa
dan bernegara.
Sebagai bangsa yang majemuk, kita memiliki 714 suku, bahkan data BPS menyebutkan sekitar
1.340 suku, kita juga mempunyai beragam ras, beraneka ragam bahasa daerah dan
juga berbeda-beda agama.
Perbedaan latar belakang suku…latar belakang
agama… latar belakang budaya… bukanlah penghalang bagi kita untuk bersatu…Dan
bukan pula penghalang bagi kita untuk hidup dalam keharmonisan, saling
menghormati, saling membantu dan membangun solidaritas sosial yang kokoh.
Semua perbedaan itu, tidak harus diseragamkan …
tidak juga harus ditiadakan…atau bahkan dilenyapkan.
Semua perbedaan dan keragaman itu justru harus
diikat oleh tali-tali persaudaraan, tali-tali kebersamaan dan tali-tali
persatuan Indonesia.
Dalam mengelola keragaman, mengelola kemajemukan
kita bersyukur…memiliki Pancasila… kita juga bersyukur memiliki Sesanti,
Bhinneka Tunggal Ika.
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa dan pemersatu kita semua.
Kita juga mempunyai Bhinneka Tunggal Ika yang
menjadi pilar kebangsaan yang kokoh… untuk menjaga dan merawat Indonesia yang
majemuk ini, pilar kebangsaan untuk mewujudkan Indonesia yang bersatu, harmonis
dan damai.
Saya yakin dengan berpegang pada Pancasila
dengan menjungjung semangat Bhinneka tunggal Ika, kita akan tetap bersatu.
Dengan bersatu, kita akan maju bersama,…
sejahtera bersama… untuk menyongsong masa depan bangsa yang gemilang.
Sekali lagi, selamat Hari raya Nyepi Tahun Saka
1939. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan kedamaian dan kesejahteraan
bagi kita semua.
Terima kasih,
Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 22 April 2017
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO