Wasudewa Krishna
“Setelah kakaknya meninggalkan dunia ini, Wasudewa masih mengembara untuk beberapa
waktu lamanya di dalam hutan. Tenaganya masih hebat seperti dahulu. Pada suatu
hari beliau duduk di atas tanah tanpa alas, sambil memikirkan semua kejadian
yang telah berlangsung di muka bumi ini, termasuk pula ramalan yang diucapkan Gandhari dahulu. Beliau juga teringat
kepada ucapan Resi Durwasa pada waktu
orang suci itu memikirkan kehancuran bangsa Wrishni
dan bangsa Andhakasa.
Juga kemusnahan bangsa Kuru dahulu. Beliau pun memikirkan bahwa
saatnya telah tiba bagi dirinya untuk meninggalkan dunia ini. Semuanya itu
terlintas di dalam pikirannya dengan sangat jelas. Setelah itu beliau pun
memusatkan pikiran cipta dan melakukan Yoga.
Wasudewa ini sebenarnya adalah perujudan Dewa
Yang Maha Agung, karena itu sebenarnya beliau mengetahui segala-galanya.
Akan tetapi beliau tidak terbebas dari kebutuhan manusia biasa dalam
penjelmaannya ini. Beliau masih membutuhkan usaha-usaha untuk mengusir tingkat
keragu-raguannya agar cita-cita yang terakhir dapat dicapai cara pasti. Dalam
penjelmaannya ini beliau bertugas menjaga kelestarian ketiga dunia dan juga
mengukuhkan kebenaran ucapan-ucapan putera Atri,
Resi Durwasa itu. Kini perasaan, ucapan dan pikirannya telah dipersatukan.
Tubuhnya rebah terlentang dan dalam keadaan Samadhi tingkat yang tertinggi. Tiba-tiba muncul di tempat itu
seorang pemburu bernama Jara. Ia
sedang memburu Kijang. Kesawa yang
terlentang di tanah sepintas lalu disangkanya seekor Kijang. Panah terlepas
dari busurnya, dan menancap tepat di telapak kaki Krishna. Jara manjadi pucat pasi karena yang disangka Kijang itu
ternyata seorang pertapa berjuban kuning dan sedang melakukan Yoga.
Ia gemetar ketakutan setelah melihat roh suci Krishna itu keluar dengan tangan banyak sekali menjulur-julur
keluar. Jara memohon ampun, menyembah
serta memegang kaki Krishna. Tetapi
dengan ucapan-ucapan penuh kasih sayang Kesawa
menghibur hati Jara.
Tubuhnya berangsur-angsur terangkat hingga menimbulkan sinar cemerlang
sangat indah. Sesampainya di dalam Surga,
beliau disambut oleh Wasawa, Aswin,
Aditya, Para Wasu, Wiswadewa, Para Muni, Siddha dan para Pemuka Golongan Gandharwa ditambah dengan Para Apsara. Dan karena beliau berasal dari Narayana, yaitu Pencipta, juga guru Yoga yang tiada taranya, maka beliaupun
mencapai tempatnya itu, yaitu alam Acintya,
alam yang tidak dapat dibayangkan keagungannya dan dari sana terpancarlah
sinarnya yang Maha Agung ke seluruh alam semesta.
Semua Roh dari Para Resi, Charana,
Gandharwa, Apsara, Siddha, dan Saddya
bersujud kepadaNya. Dialah Tuhan Seru Sekalian Alam. Para Gandharwa menjaga, memujanya dengan
nyanyian-nyanyian suci, bahkan Indra sekalipun
menuju Dia Yang Maha Tinggi itu. (Musala Darwa halaman 13 sd 15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu