Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Senin, 02 Juli 2018

Sri Krishna (Kesawa, Wasudewa)


Wasudewa Krishna


“Setelah kakaknya meninggalkan dunia ini, Wasudewa masih mengembara untuk beberapa waktu lamanya di dalam hutan. Tenaganya masih hebat seperti dahulu. Pada suatu hari beliau duduk di atas tanah tanpa alas, sambil memikirkan semua kejadian yang telah berlangsung di muka bumi ini, termasuk pula ramalan yang diucapkan Gandhari dahulu. Beliau juga teringat kepada ucapan Resi Durwasa pada waktu orang suci itu memikirkan kehancuran bangsa Wrishni dan bangsa Andhakasa.
Juga kemusnahan bangsa Kuru dahulu. Beliau pun memikirkan bahwa saatnya telah tiba bagi dirinya untuk meninggalkan dunia ini. Semuanya itu terlintas di dalam pikirannya dengan sangat jelas. Setelah itu beliau pun memusatkan pikiran cipta dan melakukan Yoga.

Wasudewa ini sebenarnya adalah perujudan Dewa Yang Maha Agung, karena itu sebenarnya beliau mengetahui segala-galanya. Akan tetapi beliau tidak terbebas dari kebutuhan manusia biasa dalam penjelmaannya ini. Beliau masih membutuhkan usaha-usaha untuk mengusir tingkat keragu-raguannya agar cita-cita yang terakhir dapat dicapai cara pasti. Dalam penjelmaannya ini beliau bertugas menjaga kelestarian ketiga dunia dan juga mengukuhkan kebenaran ucapan-ucapan putera Atri, Resi Durwasa itu. Kini perasaan, ucapan dan pikirannya telah dipersatukan.
Tubuhnya rebah terlentang dan dalam keadaan Samadhi tingkat yang tertinggi. Tiba-tiba muncul di tempat itu seorang pemburu bernama Jara. Ia sedang memburu Kijang. Kesawa yang terlentang di tanah sepintas lalu disangkanya seekor Kijang. Panah terlepas dari busurnya, dan menancap tepat di telapak kaki Krishna. Jara manjadi pucat pasi karena yang disangka Kijang itu ternyata seorang pertapa berjuban kuning dan sedang melakukan Yoga.

Ia gemetar ketakutan setelah melihat roh suci Krishna itu keluar dengan tangan banyak sekali menjulur-julur keluar. Jara memohon ampun, menyembah serta memegang kaki Krishna. Tetapi dengan ucapan-ucapan penuh kasih sayang Kesawa menghibur hati Jara.
Tubuhnya berangsur-angsur terangkat hingga menimbulkan sinar cemerlang sangat indah. Sesampainya di dalam Surga, beliau disambut oleh Wasawa, Aswin, Aditya, Para Wasu, Wiswadewa, Para Muni, Siddha dan para Pemuka Golongan Gandharwa ditambah dengan Para Apsara. Dan karena beliau berasal dari Narayana, yaitu Pencipta, juga guru Yoga yang tiada taranya, maka beliaupun mencapai tempatnya itu, yaitu alam Acintya, alam yang tidak dapat dibayangkan keagungannya dan dari sana terpancarlah sinarnya yang Maha Agung ke seluruh alam semesta.

Semua Roh dari Para Resi, Charana, Gandharwa, Apsara, Siddha, dan Saddya bersujud kepadaNya. Dialah Tuhan Seru Sekalian Alam. Para Gandharwa menjaga, memujanya dengan nyanyian-nyanyian suci, bahkan Indra sekalipun menuju Dia Yang Maha Tinggi itu. (Musala Darwa halaman 13 sd 15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive