Amertha |
Lontar Sundharigama menyatakan :
"Sukra Wage Wara Kuningan, Ngaraning Penampa Kuningan, Sawetaning Enjangnia Tumpek Kuningan, Tahina Mapag Kala Ngaran, Tan Wenang Angelaraken Puja, Nirgawe'ya Tan Hana Puspa, Kewala Gaweakna Sopecaraning Gen Engjangnia ...."
Pada hari Jumat Wage Wuku Kuningan, disebut hari Penampa Kuningan, karena besoknya disebut Tumpek Kuningan, dikatakan sebagai hari mapag kala, tidak boleh memuja, akan sia-sia, tidak boleh melaksanakan persembahyangan, tetapi bisa mempersiapkan segala keperluan untuk kebutuhan pelaksanaan upacara Kuningan pada esok harinya ....
Makna Hari Suci Kuningan
Dari segi makna, hari Suci Galungan dan Kuningan, tidak ada perbedaan yang ini tingkatan besar atau yang itu kecil, diutamakan atau dinomerduakan, diharuskan atau boleh-boleh saja. Hari Suci Kuningan jatuh pada Sabtu-Kliwon-Wuku Kuningan. Hari Suci Kuningan adalah hari yang penuh makna sehubungan dengan kehidupan semua mahluk di alam semesta ini. Dalam sastra agama Hindu, Kata Kuningan berasal dari kata " Kuning ", yang dapat diberikan arti selain warna adalah " AMERTHA ". Kuningan dapat pula berarti " Keuningan " yang mengandung arti " Kepradnyanan " ( uning = tahu, mengerti, bahasa Bali )
Dengan demikian makna dan tujuan dari pelaksanaan hari Suci Kuningan adalah pada hari itu segenap umat Hindu memohon Amertha berupa kepradnyanan kehadapan Sang Hyang Widhi, dengan manifestasi-Nya sebagai Sang Hyang Mahadewa, yang disertai para leluhur (Dewata-dewati).
Lontar Sundharigama menyatakan :
"Saniscara Keliwon Wara Kuningan Payoganira Bethara Mahadewa Tumuruna Pepareng Para Dewata Muang Sang Dewa Pitara, Inanggapa Bhaktin Manusa, Amaweha Waranugraha Amertha Kahuripan Rijanapada, Asuci Laksana, Neher Memukti, Bebanten Sege Selangi, Tebog, Saha Raka Dane Sangkep Saha Gegantungan Tamiang Kulem, Endongsara, Maka Pralingga. Aja Sira Ngarcana Lepasing Dauh Ro, Apan Riteles Ikang Dauh, Prewateking Dewata Mantuk Maring Sunia Taya, Hana Muah Pengaci Ning Janma Manusa, Sesayut Pryascita, Penek Kuning Iwak Itik Putih Maukem-ukem ......"
Melalui petikan Sastra ini telah memberikan tuntunan kepada umat mengenai Tattwa, Etika dan Upacara hari Suci Kuningan, sehingga tidak ada lagi anggapan hari raya Galungan lebih utama dari hari raya Kuningan, atau sudah me-Galungan tidak usah me-Kuningan. "Tiang sampun me-Galungan , kanggeang nenten me-Kuningan ...." Begitulah sering ungkapan salah yang kita dengar di kalangan umat Hindu.
Rare Angon Nak Bali Belog mengucapkan selamat hari raya Suci Kuningan - Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu 6 April 2013. Semoga Umat Hindu memperoleh Waranugraha Kepradnyanan dan Amertha dalam setiap aktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu