Prosesi Ngeseng Sawa |
KEMATIAN . Seperti satu kereta penuh muatan bergerak sambil merintih, demikianlah kereta dari badan manusia, yang di dalamnya hidup Jiwa, bergerak dengan merintih ketika seorang manusia menghentikan nafas kehidupannya.
Ketika badan menjadi lemah karena usia tua atau penyakit, seperti sebuah mangga, atau buah dari pohon ara suci, dilepaskan dari cabangnya, demikianlah Jiwa manusia dilepaskan dari badan manusia dan kembali dengan jalan yang sama kepada Kehidupan, dari mana dia datang.
Artikel Terkait Lainnya :
Ketika badan menjadi lemah karena usia tua atau penyakit, seperti sebuah mangga, atau buah dari pohon ara suci, dilepaskan dari cabangnya, demikianlah Jiwa manusia dilepaskan dari badan manusia dan kembali dengan jalan yang sama kepada Kehidupan, dari mana dia datang.
Artikel Terkait Lainnya :
Seperti ketika seorang raja datang, para bangsawan dan pejabat, para kusir kereta dan kepala-kepala desa menyiapkan makanan dan minuman dan tempat penginapan baginya, berkata; "Sang raja akan datang, raja sedang dekat," dengan cara yang sama semua kekuatan-kekuatan hidup menunggu baginya yang mengetahui ini dan berkata: "Sang Jiwa datang, Sang Jiwa sedang mendekat."
Dan seperti ketika seorang raja akan berangkat, para bangsawan dan pejabat, para kusir kereta dan kepala-kepala desa berkumpul di sekelilingnya, demikianlah semua kekuatan-kekuatan hidup berkumpul di sekitar Jiwa ketika seorang manusia menghentikan nafas hidupnya.
Ketika Jiwa manusia menjadi lemah dan jatuh ke dalam ketidak sadaran, semua kekuatan-kekuatan hidup berkumpul disekitarnya. Jiwa mengumpulkan unsur-unsur dari api kehidupan ini dan masuk ke dalam hati. Dan ketika Jiwa yang hidup di mata telah kembali ke sumbernya sendiri, maka Jiwa tidak lagi mengetahui bentuk-bentuk.
Lalu kekuatan-kekuatan hidup seseorang menjadi satu dan orang-orang berkata:"dia tidak melihat lagi." Kekuatan-kekuatan hidup seseorang menjadi satu dan orang-orang berkata: "dia tidak merasa bau harum lagi." Kekuatan-kekuatan hidupnya menjadi satu dan orang-orang berkata: "dia tidak mengecap lagi." Kekuatan-kekuatan hidupnya menjadi satu dan orang-orang berkata : " dia tidak bicara lagi." Kekuatan-kekuatan hidupnya menjadi satu dan orang-orang berkata: "dia tidak mendengar lagi." Kekuatan-kekuatan hidupnya menjadi satu dan orang-orang berkata : "dia tidak berpikir lagi." Kekuatan-kekuatan hidupnya menjadi satu dan orang-orang berkata : "dia tidak menyentuh lagi." Kekuatan-kekuatan hidupnya menjadi satu dan orang-orang berkata; "dia tidak mengetahui lagi."
Lalu pada titik hati satu sinar bercahaya, dan sinar ini menerangi Jiwa dalam perjalanannya yang jauh. Ketika berangkat, melalui kepala, atau melalui mata atau bagian lain dari badan, hidup bangkit dan mengikuti Jiwa, dan kekuatan-kekuatan hidup mengikuti hidup, Jiwa menjadi sadar dan memasuki Kesadaran. Kebijaksanaan dan karya-karyanya mengambil dia oleh tangan, dan pengetahuan tidak mengenal usia tua.
Seperti seekor kaki seribu, ketika sampai pada akhir dari sehelai rumput, menjangkau helai rumput yang lain dan menarik dirinya ke arah itu, dalam cara yang sama Jiwa, meninggalkan badan dan ketidakbijaksanaan di belakang, menjangkau badan lain dan menarik dirinya ke arah itu.
Seperti perajin emas, mengambil satu perhiasan emas tua, membentuknya menjadi satu bentuk yang lebih baru dan lebih indah, demikianlah Jiwa, meninggalkan badan dan ketidakbijaksanaan dibelakang, masuk ke dalam satu bentuk yang lebih baru dan lebih indah; satu bentuk seperti para leluhur di sorga, atau seperti para apsara, atau Sang Pencipta Tertinggi, atau satu bentuk dati mahluk-mahluk (ada-ada) yang lain.
Jiwa itu adalah Brahman, yang Abadi.
Ia dibentuk dari kesadaran dan cinta: Ia dibentuk dari kehidupan dan visi: Ia dibentuk dari tanah dan air. Ia dibentuk dari udara dan ruang. Ia dibentuk dari cahaya dan kegelapan. Ia dibentuk dari keinginan dan kedamaian. Ia dibentuk dari kemarahan dan cinta. Ia dibentuk dari keutamaan dan kejahatan. Ia dibentuk dari segala yang dekat; Ia dibentuk dari semua yang jauh. Ia dibentuk dari semuanya.
Artikel Terkait Lainnya :
- Prediksi Kematian Pasien Dan Kode Etik Balian
- PEMBAKARAN MAYAT
- Kapan Jiwa Masuk ke Badan Bayi ?
- Bangun dan Bermimpi
- KEMATIAN
- Kematian dan Kesetiaan
- Kematian Perjalanan Kembali ke Asal
- Bimbinglah dari Kematian
- Menyadari Datangnya Kematian
- Alam Setelah Kematian ( Agastya Parwa )
Sumber bacaan dari buku " Upanisad Himalaya Jiwa - Intisari Upanisad " oleh Juan Mascaro & Swami Harshananda, editor Ngakan Putu Putra, penerbit Media Hindu. Ditulis dalam blog rare-angon.blogspot.com oleh Rare Angon Nak Bali Belog.