Tuhan Maha Adil
Cerita Rakyat Bali |
AWATARA. Ketika Tuhan datang sebagai Avatara, mengapa Tuhan tidak memperbaiki seluruh dunia ? Mengapa hanya memberkati sedikit orang ? Apa itu tidak ketidakadilan ?
Sad Guru menjawab, " Tidak. Mungkin saja kau merasa itu tidak adil tetapi Tuhan tidak pernah tidak adil. Tuhan tidak pernah pilih kasih. Akan Aku ceritakan suatu cerita."
Suatu hari Narada berpikir, "Ada sedemikian banyak keburukan di dunia dan Dewa Wishnu tetap saja diam. Bila Dia mengirim aku, akan kubimbing semua orang ke jalan yang benar." Dengan pikiran seperti ini dia mengunjungi Vaikuntha. Wishnu menerima Narada dan menanyakan alasan kunjungannya. Waktu Narada menyampaikan pikirannya, Dewa Wishnu berkata,"Baik pergilah ke dunia dan ajarkan bhakti. Aku sudah tidak peduli karena itu kau saja yang mengerjakannya." "Dihutan di dunia, kau akan menemukan seekor burung gagak bertengger di dahan pohon. Ulangi govinda tiga kali di depan burung gagak itu. Lalu kembali ke sini untuk bercerita apa yang terjadi kemudian. "
Segera sesudah Narada selesai menyebut govinda tiga kali, si burung gagak langsung menirunya dan tiba-tiba jatuh mati. Narada kembali dan melaporkan apa yang terjadi pada Dewa Wishnu yang segera menugaskan Narada untuk melakukan hal yang sama di hadapan burung kakak tua. Narada menurut, si burung kakak tua juga meniru kata govinda tiga kali dan mati. Narada menjadi ketakutan dan melaporkan ini kepada Wishnu. Dewa Wishnu berkata," Tidak apa-apa, dan sekarang lakukan yang sama di hadapan seekor anak sapi yang baru lahir di kandang seorang brahmana. " Narada berkata, "Tidak Swami aku tidak mau. Bila anak sapi itu mati, Brahmana itu akan mengutukku." Wishnu berusaha supaya Narada pergi lagi. Narada akhirnya setuju. Dan anak sapi itu mati juga. Narada lari tunggang langgang ke Wishnu dan sesudah bercerita menambahkan "Bila aku mematuhi kata-kata-Mu lagi, aku akan dikutuk selamanya."
Wishnu lalu memohon dan mendesak Narada supaya mau melakukannya untuk yang terakhir kalinya dan berkata, "Bila ini terjadi lagi kau selamanya tidak usah mematuhi Aku lagi." Wishnu lalu menugaskan Narada untuk mengulangi govinda tiga kali di hadapan seorang pangeran yang baru lahir. Dengan enggan Narada memasuki istana raja. Raja itu mempersilakan Narada masuk dengan gembira, memperlakukannya dengan hormat dan memohon kepada Narada untuk memberkati putranya yang baru lahir. Meski Narada ketakutan tetap saja dia mengulangi govinda tiga kali di hadapan bayi itu.
Tiba-tiba anak itu berkata, "Oh, rishi aku sangat berterima kasih kepadamu. Waktu aku menjelma menjadi burung gagak, kau memberi aku upadesa dan aku menjelma menjadi burung kakak tua, lalusebagai burung kakak tua kau memberi aku upadesa lagi dan aku menjelma lagi menjadi anak sapi. Lagi-lagi kau memberi aku upadesa dan aku menjelma lagi menjadi pangeran. Sesudah mendapat darshanmu aku merasa puas. Hormat kepadamu."
Mendengar cerita ini Narada merasa malu dan dia mendapat pengertian bahwa Tuhan tidak pernah berhenti membimbing manusia. Dia berpikir, "Bila seseorang bisa mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan hanya menyebut-nyebut nama-Nya tidak terbayangkan betapa besar mahima-Nya. Aku tidak sadarkan hal ini. Aku mempermasalahkan Dewa Wishnu." Narada lalu ke Vaikuntha lagi dan dengan rasa penyesalan yang dalam dia menjatuhkan diri di hadaoan Dewa Wishnu dan memohon diampuni kesalahannya.
Sad Guru menjawab, " Tidak. Mungkin saja kau merasa itu tidak adil tetapi Tuhan tidak pernah tidak adil. Tuhan tidak pernah pilih kasih. Akan Aku ceritakan suatu cerita."
Suatu hari Narada berpikir, "Ada sedemikian banyak keburukan di dunia dan Dewa Wishnu tetap saja diam. Bila Dia mengirim aku, akan kubimbing semua orang ke jalan yang benar." Dengan pikiran seperti ini dia mengunjungi Vaikuntha. Wishnu menerima Narada dan menanyakan alasan kunjungannya. Waktu Narada menyampaikan pikirannya, Dewa Wishnu berkata,"Baik pergilah ke dunia dan ajarkan bhakti. Aku sudah tidak peduli karena itu kau saja yang mengerjakannya." "Dihutan di dunia, kau akan menemukan seekor burung gagak bertengger di dahan pohon. Ulangi govinda tiga kali di depan burung gagak itu. Lalu kembali ke sini untuk bercerita apa yang terjadi kemudian. "
Segera sesudah Narada selesai menyebut govinda tiga kali, si burung gagak langsung menirunya dan tiba-tiba jatuh mati. Narada kembali dan melaporkan apa yang terjadi pada Dewa Wishnu yang segera menugaskan Narada untuk melakukan hal yang sama di hadapan burung kakak tua. Narada menurut, si burung kakak tua juga meniru kata govinda tiga kali dan mati. Narada menjadi ketakutan dan melaporkan ini kepada Wishnu. Dewa Wishnu berkata," Tidak apa-apa, dan sekarang lakukan yang sama di hadapan seekor anak sapi yang baru lahir di kandang seorang brahmana. " Narada berkata, "Tidak Swami aku tidak mau. Bila anak sapi itu mati, Brahmana itu akan mengutukku." Wishnu berusaha supaya Narada pergi lagi. Narada akhirnya setuju. Dan anak sapi itu mati juga. Narada lari tunggang langgang ke Wishnu dan sesudah bercerita menambahkan "Bila aku mematuhi kata-kata-Mu lagi, aku akan dikutuk selamanya."
Tiba-tiba anak itu berkata, "Oh, rishi aku sangat berterima kasih kepadamu. Waktu aku menjelma menjadi burung gagak, kau memberi aku upadesa dan aku menjelma menjadi burung kakak tua, lalusebagai burung kakak tua kau memberi aku upadesa lagi dan aku menjelma lagi menjadi anak sapi. Lagi-lagi kau memberi aku upadesa dan aku menjelma lagi menjadi pangeran. Sesudah mendapat darshanmu aku merasa puas. Hormat kepadamu."
Mendengar cerita ini Narada merasa malu dan dia mendapat pengertian bahwa Tuhan tidak pernah berhenti membimbing manusia. Dia berpikir, "Bila seseorang bisa mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan hanya menyebut-nyebut nama-Nya tidak terbayangkan betapa besar mahima-Nya. Aku tidak sadarkan hal ini. Aku mempermasalahkan Dewa Wishnu." Narada lalu ke Vaikuntha lagi dan dengan rasa penyesalan yang dalam dia menjatuhkan diri di hadaoan Dewa Wishnu dan memohon diampuni kesalahannya.