Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Selasa, 03 September 2013

Budaya Rendah Hati Bukan Rendah Diri

BECAK MALIOBORO
Abang Tukang Becak
  Tat twam asi. 

Dia, itu, adalah AKU juga. Karena di dalam dia, di dalam masing-masing mereka, di dalam setiap ciptaanku ada AKU.
Karena itu, semua kamu, semua manusia adalah bersaudara. Semua mahluk manusia adalah bersaudara, satu dalam kemanusiaan, satu dalam berbumi dan satu dalam alam semesta. Hormat kepada diri sama artinya dengan hormat kepada orang lain. 
Perlakukanlah orang lain seperti kamu ingin diperlakukan. Ini adalah pesan-pesan arif dari para pendahulu-pendahulu kemanusiaan, dari para arif bijak zaman dahulu. Para tetua-tetua kita, para leluhur bangsa ini.

Budaya luhur dari para leluhur bangsa kita seperti itu hingga kini masih terpelihara dengan baik. Nampak sampai kini masyarakat kita sangat hormat menerima tamu, saat menerima wisatawan. Mereka penuh senyum, welcome, dengan hangat menerima mereka, walau belum kenal sekalipun sebelum-sebelumnya.


Sayang, budaya luhur seperti itu mudah dan sering dimanipulasi oleh masyarakat yang licik yang kurang bertanggungjawab. Budaya rendah hati kadang dianggap sebagai budaya bodoh.

Mengapa bangsa-bangsa Eropa (Belanda, Inggris, Portugis) dan juga kemudian bangsa-bangsa Arab yang semula hanya ingin berdagang (mencari rempah-rempah) sangat nyaman tinggal di bumi Nusantara ini belasan abad yang lalu. Bahkan sebagian dari mereka kemudian menjadi leluhur dari sebagian bangsa ini. Salah satunya sebab pasti karena leluhur bangsa ini menerima mereka dengan sangat ramah, dan dengan tangan terbuka. Karena leluhur bangsa ini, yang memiliki budaya luhur seperti itu menerima mereka dengan sangat baik. Tanpa penerimaan yang baik, niscaya mereka tidak betah. Bahwa penerimaan yang baik dengan keramah-tamahan para leluhur itu kemudian dimanipulasi, bangsa ini diperdaya, ditipu, dan kemudian bahkan dijajah untuk waktu yang sangat panjang.

Budaya empati pada mereka yang lagi kurang bernasib baik, budaya ramah, budaya senyum kepada sesama (tamu/wisatawan) adalah budaya Timur yang sangat baik. Budaya seperti itu tidak banyak dijumpai di belahan barat dunia ini. Identitas sebagai bangsa yang ramah adalah sebuah pujian yang tulus.

Hanya saja kita tidak ingin budaya ramah penuh senyum itu dimanipulasi sebagai budaya bodoh, sikap lemah, sikap rendah diri yang dapat diperolok, ditipu dan dieksploitasi. Sekali lagi perlu digarisbawahi bahwa budaya rendah hati jangan dimanipulasi menjadi budaya rendah diri. Budaya rendah diri, budaya tidak percaya dengan kemampuan diri bukanlah budaya luhur. Dan jika budaya itu pernah ada dan bahkan di sebagian dari bangsa ini ada yang menderita rasa rendah diri (harus diakui masih ada), hal demikian harus dinyatakan sebagai budaya keliru dan harus ditinggalkan.

Sumber bacaan buku Merajut Ulang Budaya Luhur Bangsa, I Gde Samba. (RANBB)

4 komentar:

  1. Ini yang saya suka tipe artikel yang berkwalitas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat malam, terima kasih atas penilaiannya

      Hapus
  2. hayyoo.. terus kita bangun budaya yang penuh senyum, biarkan kata orang apa, agar bangsa ini tetap bersatu.. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sobat Bhezhe, budaya kita yang lahir dari hati nurani kita ... senyum dan keramahan sikap kita ... trims supportnya

      Hapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive