Sang Primadona Kamboja Bali |
Tumpek Panguduh merupakan alarm bagi umat Hindu di Bali dan Indonesia. Bahwa 25 hari mendatang akan dirayakan hari besar keagamaan yaitu Hari Kemenangan Dharma, yang dinamakan Hari Raya Galungan. Sebelum ada kalender Masehi, umat Hindu telah menggunakan alarm ini secara turun-temurun, untuk memohon kemakmuran, nunas waranugraha ring Ida Hyang Widhi Wasa kepada Tuhan agar dilimpahkan aneka hasil panen, buah-buahan, bunga yang secara keseluruhan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Betapa mulianya ajaran agama Hindu, sangat menghargai dan mencintai alam lingkungannya secara nyata, bukan hanya teori, ceramah, dialog, diskusi dan lain sebagainya. Agama Hindu dan umat Hindu tidak hanya meminta dan meminta, memohon apalagi memaksa, tetapi dengan nyata memelihara, menjaga, melestarikan alam lingkungan. Melalui ajaran yang berasal dari dalam hati dan ketulusan tanpa pamrih, tanpa kemunafikan serta dengan ketaatan-ketaatan pada budaya leluhur, budaya kita sendiri.
Upakara-upakaranya adalah Tumpeng Agung, dengan ikannya guling itik atau guling babi, Sesayut, Pengambeyan, Peras, Penyeneng, Pengiring dan kelengkapan lain. Pada pohon kayu atau tanaman diberi kain, caniga, gantung-gantungan dan sasap dari janur.
Pada tumpek Bubuh (Uduh) ini beberatan (larangan) nya adalah tidak boleh metik-memetik, dan tidak boleh tebang-menebang kecuali untuk Yadnya.