Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Selasa, 10 Juni 2014

Perang Budaya Primitif

kerajaan
Kereta Kencana Antik
Perang Budaya Primitif, Budaya Manusia Primitif. 

Dari sejarah kita belajar bahwa perang sering dipilih oleh manusia saat berselisih dalam kepentingan yang berhubungan dengan keinginan-keinginan indrawi, kepentingan kehidupan duniawi. Perang dikenal sejak jaman dahulu kala. Perang dengan demikian adalah sebuah budaya kuno, budaya primitif. Tidaklah terlalu vulgar bila disebutkan bahwa perang adalah juga sebuah budaya manusia primitif.

Walaupun demikian, ternyata perang yang merupakan budaya primitif ini berkali-kali diulang dan diulang lagi. Berkali-kali manusia mengambil sikap dan pilihan berperang dalam menyelesaikan konflik diantara mereka. Sejarah memang berulang. Manusia ternyata kadang memang lebih bodoh daripada seekor keledai. Karena berkali-kali terpuruk dalam budaya perang, budaya primitif manusia, budaya manusia primitif. Manusia belum mampu belajar dari sejarah, sering gagal dalam mempelari sejarah.

Dalam perjalanan sejarah nasional, kita seing mendengar ungkapan "mati raja, hidup raja". Pergantian raja atau pemimpin selalu dimulai dengan pembunuhan atas raja atau pemimpin sebelumnya. Pernah dalam satu kurun waktu di masa lalu sejumlah raja mati dengan keris yang sama hanya karena perebutan kekuasaan (kutukan keris Empu Gandring mengambil tujuh nyawa raja).


Kita diajarkan untuk menghafalkan banyak sekali peristiwa-peristiwa sejarah. Tetapi tidak banyak yang mampu belajar dari peristiwa-peristiwa sejarah.
Bangsa Indonesia pernah bangga dengan heroisme perang ini. Melalui peperangan melawan Belanda, kini bangsa Indonesia merdeka, bebas dari penjajahan Belanda. Waktu itu pilihan satu-satunya yang ada saat itu, hanya perang. Kekuasaan pemerintahan Belanda pada waktu itu memaksa rakyat Indonesia mengambil sikap perang untuk kemerdekaan bangsanya. Perang dengan segala resiko yang harus diambil.

Sementara India juga mampu membebaskan diri mereka dari penjajahan Inggris, walau tidak dengan menembakkan sebutir pelurupun. Belajar dari India, Malaysia juga bisa membebaskan diri dari penjajahan Inggris juga tidak dengan perang.

Adapula kenyataan perang antara sesama manusia, perang yang saling membunuh, perang yang  menghilangkan nyawa manusia, nyawa sesama manusia. Perang untuk merebut kemenangan yang satu terhadap yang lain, perang merebut kekuasaan, perang merebut pengaruh, perang merebut harta kekayaan dan kekuasaan. Walau dibelakang itu barangkali terselip perang untuk menegakkan keyakinan dan kebenaran.

Tetapi apapun motif di belakang dari sebuah perang, perang adalah menghilangkan nyawa manusia oleh manusia lainnya, perang yang saling menghancurkan sesama ciptaan Tuhan. Perang bagaimanapun adalah sebuah budaya primitif. Sumber bacaan buku I Gde Samba ' Pencarian ke dalam diri merajut ulang budaya luhur bangsa, Tinjauan filsafat cerita mahabharata dan Ramayana' (RANBB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive