Lukisan Anak-Anak |
Orang dewasa mengembangkan rasa malu dan bangga yang kebanyakan dibuat-buat, palsu dan dangkal. Karena itu mereka mengarang-ngarang dalih untuk membenarkan perbuatannya dan juga menciptakan alasan untuk membenarkan kesalahannya. Anak-anak tidak melakukan hal semacam itu. Mereka mempercayai setiap orang dan setiap orang dapat mempercayainya. Hati anak-anak bagaikan piringan hitam; lagu apa pun yang kaunyanyikan untuk mereka akan tertera di situ. Mereka menyanyikan lagi nada yang tepat, tanpa kesalahan, asalkan jarumnya tajam. Jarum itu adalah kasih dan harus runcing serta langsung.
Hanya dengan demikianlah lagunya bisa keluar. Pada orang-orang tua, jarumnya sudah tumpul, tetapi anak-anak mempunyai bakat ekaagrata 'perhatian yang terpusat'. Mereka tidak mengenal rasa takut; orang tualah yang menanamkan rasa takutnya dalam diri mereka. Mereka jujur, tetapi orang dewasa mengajarkan cara berbohong. Mereka menyuruh anak-anak mengamati dan melapor, dengan demikian anak menjadi berminat pada kekurangan dan kesalahan orang lain.
Baca Juga Artikel Anak Hindu dan Teknologi.
Baca Juga Artikel Anak Hindu dan Teknologi.
Baca Juga : Lagu Pop Bali Anak - Bapa
Piringan hitam yang tidak ada alurnya karena belum pernah dipakai, dapat dimainkan berkali-kali dan jarum ekaagratanya sama sekali tidak akan tumpul, karena alurnya yang menumpulkan ujung jarum, bukan piringan hitamnya. Untuk hal ini Prahlaada merupakan contoh yang baik karena ia tidak memiliki egoisme. Ia selalu berada dalam keadaan tenang yang sempurna, tidak terpengaruh oleh apapun. Karena itu, apa pun yang terjadi pada selubung fisiknya, tidak pernah dirasakannya. Jarumnya hanya berputar-putar; tidak ada musik, yang ada hanya ketenangan. Sumber bacaan buku Sabda Sathya Sai Jilid II B. (RANBB).
Insert Picture by Photopocket