Hari Raya Siwaratri
Om
Swastiastu;
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Pinandita
Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati
Yang
saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar
Yang
saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug
Yang
saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan
Umat Sedharma yang berbahagia.
Pada
hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Hari Raya Siwaratri
Pertama-tama
saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa,
Sesuhunan Yang Melinggih di Pura
Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua
dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu
Umat Sedharma yang berbahagia;
Hari
ini Purwaning Tilem Kapitu atau Panglong 14 Tilem Kepitu yang datang setahun
sekali kita melaksanakan Malam Ciwa, Malam Penebusan Dosa, dan Malam Pemujaan
terhadap Ciwa.
Seperti
kita ketahui hari ini adalah Hari Suci Siwaratri. Hari Suci Siwaratri
diperingati sebagai hari permohonan kekuatan pengendalian diri kehadapan Sang
Hyang Siwa, merupakan hari malam Siwa atau Siwaratri.
Kata
Siwa berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya Baik Hati, Suka Memaafkan, Memberi
Harapan, dan Membahagiakan.
Dalam
hal ini kata Siwa adalah sebuah gelar atau nama kehormatan untuk salah satu
manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diberi nama Dewa Siwa, dalam fungsi
Beliau sebagai pamrelina atau pelebur segala yang patut dilebur untuk mencapai
kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk bahagia.
Kata
Ratri artinya Malam, Malam disini juga dimaksudkan kegelapan.
Jadi
Siwaratri artinya malam untuk melebur atau mem-prelina (melenyapkan) kegelapan
hati menuju jalan yang terang.
Umat
Sedharma yang berbahagia;
Dalam
Catur Dasi Krsnapaksa disebutkan Hari Raya Siwaratri jatuh pada Panglong ping
14 sasih Kapitu. Sehari sebelum bulan mati pada bulan Magha (kepitu), yaitu
malam hari yang paling gelap di dalam satu tahun.
Menurut
petunjuk dari isi sastra-sastra agama Hindu, hari Siwaratri adalah merupakan
pengaplikasian dari ajaran Weda yang bersifat nyata karena pelaksanaannya
sungguh-sungguh tercermin adanya nilai-nilai ajaran Samkhya Yoga, sebagai
fundament dari ajaran Raja Yoga.
Adapun
tujuan pelaksanaan hari Siwaratri, untuk menuntun spiritual umat Hindu, agar
setiap saat mampu berintrospeksi diri sehingga dapat memacu meningkatkan
pengendalian diri, dapat menggugah kesadaran (Cetana) umat akan dirinya bahwa hidup
di dunia adalah berada dalam belenggu kekuatan Samsara.
Umat
Sedharma yang berbahagia;
Setiap
hari raya Siwaratri kita juga melaksanakan Brata Siwaratri. Brata dalam bahasa
Sanskerta berarti Janji, Sumpah, Pandangan, Kewajiban, Laku Utama, Keteguhan
Hati.
Jadi
disini dapat disimpulkan bahwa Brata Siwaratri artinya kewajiban sebagai laku
utama atau janji untuk teguh hati melaksanakan ajaran Siwaratri.
Brata
Siwaratri yang utama yaitu :
1.
Upawasa
2.
Monobrata
3.
Jagra
Umat
Sedharma yang berbahagia;
Dalam
adat budaya Bali pelaksanaan Brata Siwaratri di atas meliputi :
1.
Upawasa artinya berpuasa tidak makan dan
minum dari pukul 06.00 pagi pada pangelong ping 14 sampai pukul 18.00 Tileming
sasih Kepitu atau selama 36 jam. Sebelum Upawasa melaksanakan penyucian diri
(mesuci laksana), menghaturkan banten, bersembahyang dan metirtha.
2. Monobrata
artinya pantang bicara atau berdiam diri tanpa bicara, lamanya sama dengan
Upawasa.
3.
Jagra artinya berjaga, bangkit,
maksudnya tidak tidur selama 36 jam sama dengan Upawasa.
Pada
sumber-sumber lain terdapat juga perihal kegiatan Brata Siwaratri ini yang dimulai
pada pagi hari panglong ping 14 dengan melaksanakan suci laksana, kemudian
puasa, latihan bathin.
Dilanjutkan
dengan melaksanakan Bhatara Siwaratri Sambang yaitu duduk dalam samadhi,
menenangkan hati semalam suntuk. Atau dapat pula dilakukan dengan hiburan suci;
mapepawosan, membaca lontar, pustaka, Dharma Sastra, Itihasa sehingga selama 12
jam (1 malam) itu benar-benar kita tidak tidur.
Umat
Sedharma yang berbahagia;
Terkadang
kita mendengar bahwa Hari Siwaratri itu untuk melebur atau menebus dosa. Sesungguhnya
pengertian yang demikian adalah kurang tepat, namun makna dan tujuan sebenarnya
adalah sebagai tonggak hari perenungan atau introspeksi diri atas
perbuatan-perbuatan yang telah lalu apakah perbuatannya itu lebih banyak
kebajikan atau keburukan, hal itulah yang menjadi neraca renungan tersebut.
Pada
malam Siwa ini kita memerlukan tuntunan dan waranugraha Dewa Siwa sebagai
pemrelina segala sesuatu yang menghalangi tujuan suci.
Dalam
Padma Purana maupun dalam Siwaratri Kalpa si pemburu dinyatakan sebagai orang
yang papa (tidak dengan kata dosa) dan dengan melaksanakan Brata Siwaratri
segala papa-nya menjadi sirna.
“
Sapapa niki nasa de nikin atanghi manuju Siwaratri kottama “
Dalam
kaitannya dengan Siwaratri disebutkan :
“
yan matutur ikang atma ri jatinya “ yaitu tercapainya Kesadaran akan Sang Diri.
Umat
Sedharma yang berbahagia;
Dasar
sastra agama mengenai Hari Siwaratri meliputi Purana yaitu Padma Purana, Siwa
Purana, Skanda Purana dan Garuda Purana, menguraikan tentang Siwaratri,
upacaranya, sekaligus si pemburunya yang naik sorga yaitu anugrah Siwa di Siwa
Loka.
Kemudian
ada Sastra agama yang bersifat Epos yaitu Lubdhaka Tattwa atau Lontar Kekawin
Lubdhaka (Siwaratrikalpa) karya Mpu Tanakung merupakan yang terkenal di Bali
Adapun
petunjuk Siwaratri menurut Pustaka Padma Purana adalah sebagai berikut:
Krtovasa
Yotasyam Òªivam
Arcanti
Jagratah BilvapatrniÒ«
Caturyamam
Toyanti Òªivatulyatam
Artinya
?
Mereka
yang berpuasa dan tetap tidak tidur berbhakti kehadapan Dewa Siwa dengan daun
bila, selama malam itu mendapatkan identitas dengan Dewa Siwa.
Bapak-Ibu
Umat Sedharma yang berbahagia;
Dilain
waktu kita akan sampaikan Cerita Lubdaka
Harapan
saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana
ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang
tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.Om Santih, Santih,
Santih Om...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu