Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Selasa, 09 Januari 2024

Hari Raya Siwaratri

Hari Raya Siwaratri

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Hari Raya Siwaratri

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Hari ini Purwaning Tilem Kapitu atau Panglong 14 Tilem Kepitu yang datang setahun sekali kita melaksanakan Malam Ciwa, Malam Penebusan Dosa, dan Malam Pemujaan terhadap Ciwa.

 

Seperti kita ketahui hari ini adalah Hari Suci Siwaratri. Hari Suci Siwaratri diperingati sebagai hari permohonan kekuatan pengendalian diri kehadapan Sang Hyang Siwa, merupakan hari malam Siwa atau Siwaratri.

 

Kata Siwa berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya Baik Hati, Suka Memaafkan, Memberi Harapan, dan Membahagiakan.

 

Dalam hal ini kata Siwa adalah sebuah gelar atau nama kehormatan untuk salah satu manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diberi nama Dewa Siwa, dalam fungsi Beliau sebagai pamrelina atau pelebur segala yang patut dilebur untuk mencapai kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk bahagia.

 

Kata Ratri artinya Malam, Malam disini juga dimaksudkan kegelapan.

 

Jadi Siwaratri artinya malam untuk melebur atau mem-prelina (melenyapkan) kegelapan hati menuju jalan yang terang.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam Catur Dasi Krsnapaksa disebutkan Hari Raya Siwaratri jatuh pada Panglong ping 14 sasih Kapitu. Sehari sebelum bulan mati pada bulan Magha (kepitu), yaitu malam hari yang paling gelap di dalam satu tahun.

Menurut petunjuk dari isi sastra-sastra agama Hindu, hari Siwaratri adalah merupakan pengaplikasian dari ajaran Weda yang bersifat nyata karena pelaksanaannya sungguh-sungguh tercermin adanya nilai-nilai ajaran Samkhya Yoga, sebagai fundament dari ajaran Raja Yoga.

 

Adapun tujuan pelaksanaan hari Siwaratri, untuk menuntun spiritual umat Hindu, agar setiap saat mampu berintrospeksi diri sehingga dapat memacu meningkatkan pengendalian diri, dapat menggugah kesadaran (Cetana) umat akan dirinya bahwa hidup di dunia adalah berada dalam belenggu kekuatan Samsara.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Setiap hari raya Siwaratri kita juga melaksanakan Brata Siwaratri. Brata dalam bahasa Sanskerta berarti Janji, Sumpah, Pandangan, Kewajiban, Laku Utama, Keteguhan Hati.

 

Jadi disini dapat disimpulkan bahwa Brata Siwaratri artinya kewajiban sebagai laku utama atau janji untuk teguh hati melaksanakan ajaran Siwaratri.

 

Brata Siwaratri yang utama yaitu :

1. Upawasa

2. Monobrata

3. Jagra

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam adat budaya Bali pelaksanaan Brata Siwaratri di atas meliputi :

 

1.   Upawasa artinya berpuasa tidak makan dan minum dari pukul 06.00 pagi pada pangelong ping 14 sampai pukul 18.00 Tileming sasih Kepitu atau selama 36 jam. Sebelum Upawasa melaksanakan penyucian diri (mesuci laksana), menghaturkan banten, bersembahyang dan metirtha.

 

2.   Monobrata artinya pantang bicara atau berdiam diri tanpa bicara, lamanya sama dengan Upawasa.

 

3.   Jagra artinya berjaga, bangkit, maksudnya tidak tidur selama 36 jam sama dengan Upawasa.

 

Pada sumber-sumber lain terdapat juga perihal kegiatan Brata Siwaratri ini yang dimulai pada pagi hari panglong ping 14 dengan melaksanakan suci laksana, kemudian puasa, latihan bathin.

 

Dilanjutkan dengan melaksanakan Bhatara Siwaratri Sambang yaitu duduk dalam samadhi, menenangkan hati semalam suntuk. Atau dapat pula dilakukan dengan hiburan suci; mapepawosan, membaca lontar, pustaka, Dharma Sastra, Itihasa sehingga selama 12 jam (1 malam) itu benar-benar kita tidak tidur.

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Terkadang kita mendengar bahwa Hari Siwaratri itu untuk melebur atau menebus dosa. Sesungguhnya pengertian yang demikian adalah kurang tepat, namun makna dan tujuan sebenarnya adalah sebagai tonggak hari perenungan atau introspeksi diri atas perbuatan-perbuatan yang telah lalu apakah perbuatannya itu lebih banyak kebajikan atau keburukan, hal itulah yang menjadi neraca renungan tersebut.

 

Pada malam Siwa ini kita memerlukan tuntunan dan waranugraha Dewa Siwa sebagai pemrelina segala sesuatu yang menghalangi tujuan suci.

 

Dalam Padma Purana maupun dalam Siwaratri Kalpa si pemburu dinyatakan sebagai orang yang papa (tidak dengan kata dosa) dan dengan melaksanakan Brata Siwaratri segala papa-nya menjadi sirna.

 

“ Sapapa niki nasa de nikin atanghi manuju Siwaratri kottama “

 

Dalam kaitannya dengan Siwaratri disebutkan :

“ yan matutur ikang atma ri jatinya “ yaitu tercapainya Kesadaran akan Sang Diri.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dasar sastra agama mengenai Hari Siwaratri meliputi Purana yaitu Padma Purana, Siwa Purana, Skanda Purana dan Garuda Purana, menguraikan tentang Siwaratri, upacaranya, sekaligus si pemburunya yang naik sorga yaitu anugrah Siwa di Siwa Loka.

 

Kemudian ada Sastra agama yang bersifat Epos yaitu Lubdhaka Tattwa atau Lontar Kekawin Lubdhaka (Siwaratrikalpa) karya Mpu Tanakung merupakan yang terkenal di Bali

 

Adapun petunjuk Siwaratri menurut Pustaka Padma Purana adalah sebagai berikut:

 

Krtovasa Yotasyam Òªivam

Arcanti Jagratah BilvapatrniÒ«

Caturyamam Toyanti Òªivatulyatam

 

Artinya ?

Mereka yang berpuasa dan tetap tidak tidur berbhakti kehadapan Dewa Siwa dengan daun bila, selama malam itu mendapatkan identitas dengan Dewa Siwa.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

Dilain waktu kita akan sampaikan Cerita Lubdaka

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.Om Santih, Santih, Santih Om...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive