Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Jumat, 02 Juni 2023

Menjadi Hindu Lebih Baik; Bangga Beragama Hindu

 Menjadi Hindu Lebih Baik

*Menjadi Lebih baik* kenapa kok bukan *menjadi yang terbaik?*  pertanyaan sederhana yang mungkin terbersit dalam benak para pembaca sekalian. Ada suatu pesan moral dari rangkaian tiga kata tersebut.

 


Menjadi lebih baik berarti kita menyadari sepenuhnya bahwa lawan kita adalah diri kita sendiri, adalah perbuatan kita satu detik, satu jam, satu hari, satu bulan, satu tahun atau satu kelahiran yang telah lalu. Ingat, musuh utama kita adalah diri kita sendiri, ragadi musuh mapara ri hatya yo tonguanya tan madoh reng awak. Jadi perang yang sesungguhnya adalah berperang dengan diri kita sendiri, yaitu dengan enam sifat bawaan yang kita bawa sejak lahir yaitu Sad Ripu.

 

Sifat – sifat tersebut hanya perlu di kendalikan, dan tidak untuk dihilangkan. Sifat – sifat tersebut jika mampu kita kendalikan, maka ia akan mengantarkan kita pada tujuan (kemuliaan) tertinggi namun jika ia tidak terkendali dan bergerak secara liar maka ia pula yang akan mengantarkan kita pada jurang penderitaan (kenistaan) yang paling rendah. *kāma eṣa krodha eṣa rajo-guṇa-samudbhavaḥ, mahāśano mahā-pāpmā viddhy enam iha vairiṇam* nafsu dan amarah yang lahir dari Raja Guna sangat merusak dan penuh dosa, ketahuilah bahwa keduanya itu adalah musuh utama di bumi yang sangat merusak (Gita.III.37).

 

Jika kita ingin menjadi yang terbaik, maka lawan kita adalah saudara kita, teman kita, atasan atau bawahan kita, kesimpulannya adalah mereka – mereka yang ada di luar kita. Saat kita memilki keinginan untuk mengalahkan mereka agar kita menjadi yang terbaik dalam hal apapun itu, maka disana mungkin dan hampir pasti akan ada ketidak jujuran, akan ada kekerasan, akan ada penyiksaan (himsa), dan bahkan mungkin juga akan ada pembunuhan.

 

Oleh karena itu, saya mengajak bapak ibu dan saudara – saudara sekalian untuk *menjadi lebih baik*. Didepan sudah disampaikan bahwa salah satu sebab kita terlahir kembali adalah karena kekurangan kita, karena ketidak sempurnaan kita, *doṣo 'pyasti guna 'pyasti, nir doṣa naiva jayate, kardamādiva padmasya nāle doṣo 'sti kaṇṭakaiḥ*, bahwa manusia lahir tidak ada yang sempurna, ada kekurangannya dan ada juga kelebihannya, seperti bunga seroja yang tumbuh di lumpur dahannya bersalah karena memiliki duri halus yang membuat gatal (Slokantara sloka 79).

 

Sloka tersebut *tidak* mengajarkan kita untuk menyerah pada nasib (takdir) dan menjadikan sloka tersebut sebagai senjata pada saat kita melakukan kesalahan, tetapi *harus* memacu kita untuk bisa mengalahkan semua kelemahan  - kelemahan yang ada dalam diri kita agar kita dapat meningkatkan Kualitas diri untuk menjadi lebih baik.

 

Sloka tersebut juga mengajarkan kepada kita tentang kerendahan hati agar tidak merasa paling bisa, tidak merasa paling pintar, dan tidak merasa paling benar. 

 

.asapunike dumun semeton, Oṁ Śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ Oṁ, suksma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive