Upacara Dewa Yadnya Memiliki
Beberapa Fungsi
PUJAWALI PURA |
1. Berfungsi Sebagai Sarana
Pembayaran Hutang Kehadapan Sang hyang Widhi.
Pelaksanaan upacara Dewa Yadnya
dikatakan sebagai sarana pembayaran hutang kehadapan Sang Hyang Widhi karena
Beliau Pencipta dari semua insan di dunia, disamping itu Beliau memberikan
tuntunan kepada UmatNya melalui wahyuNya yang disampaikan kepada para Maha Rsi,
kemudian Maha Rsi menyampaikan kepada umatnya melalui ajaran Weda. Dengan
tuntunan ajaran Weda tersebut memiliki suatu pengertian bahwa umat Hindu harus
berbuat untuk menunjukkan rasa bhakti kehadapan Sang Hyang Widhi. Maka rasa
bhakti tersebut dapat diwujudnyatan berupa pelaksanaan upacara Agama khususnya
bagi umat Hindu di Bali.
2. Berfungsi sebagai sarana
Peleburan Dosa
Dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan dari upacara Dewa Yadnya sebagai sarana peleburan dosa karena pada
pelaksanaan upacara tersebut telah mengandung nilai-nilai ajaran catur Yoiga
yang telah menungal secara sinergis dan merupakan satu kesatuan yang
terintegrasi untuk memcapai satu titik tujuan. Adanya ajaran Jnana Yoga
bersemayam kedalam karenatelah dijabarkan berupa nilai-nilai Tattwanya, penuh
dengan pemujaan – pemujannya.
Demikian juga ajaran Karma Yoga
dan Bhakti Yoga, telah dijabarkan berupa ethika Agama serta nilai
pengorbanannya baik bersifat material maupun spiritual. Mengenai ajaran Raja
Yoganya telah dijabarkan dalam pelaksanaan upacara tersebut berupa ketulusan
hati umat untuk beryadnya, yang penuh dilandasi oleh, rasa pengendalian diri
(Mulat Sarira). Dengan adanya nilai-nilai ajaran Catur Yoga yang telah
mendasari baik kedalam upakaranya maupun kedalam pelaksanaan upacaranya maka
upacara tersebut akan memiliki kekuatan Reliomagis, sebagai titik tolak
peleburan dosa.
3. Berfungsi sebagai Sarana
Penyupatan.
Pelaksanaan suatu upacara
keagamaan menurut keyakinan dan kepercayaan Hindu khususnya yang di Bali
dikatakan sebagai sarana penyupatan karena dalam merangkai suatu upakara berisi
sarana-sarana berupa : buah, bunga, daun, kacang-kacangan, ikan, daging, dll
yang kesemuanya itu adalah ciptakan Sang Hyang Widhi, yang juga memiliki roh
(nyawa), namun nasib roh tersebut pada saat reinkarnasi menjadi seperti sarana
diatas akibat dari hasil karmanya pada kehidupan yang terdahulu. Karena roh-roh tersebut
perlu dibantu oleh manusia yang bijak, maka umat Hindu dapat menolongnya dengan
cara memakai persembahan kehadapan sang hyang Widhi untuk dijadikan rangkaian
upakara sebagai penyupatan agar pada kelahiran yang akan datang kwalitas
hidupnya dapat ditingkatkan agar lebih baik, atau nantinya diharapkan supaya
bisa lahir menjadi manusia. Demikian pula bagi umat Hindu sudah secara tidak
langsung telah berbuat kebajikan terhadap roh tersebut sehingga secara langsung
telah memiliki Subhakarma. Dalam hal ini umat Hindu bukan
termasuk/dikategorikan sebagai pembunuh (Himsa Karma) karena perbuatan tersebut
adalah bersifat ”penyupatan” seperti yang diungkapkan dala ”Weda Smrti, 44,
Hal. 295”, sebagai berikut :
”ya
wedawinita himsa niyata smimccaracare
anisamewa
tan widyad
wedadharmo
ni nirbabmau”.
Maksudnya :
Ketahuilah
bahwa menyakiti makhluk – makhluk bergerak maupun tak bergerak yang sudah
ditentukan untuk suatu tujuan oleh Weda, bukanlah menyakiti namanya, karena
dari Wedalah Hukum – hukum suci itu asalnya.
Demikian
tinggi hakekatnya umat Hindu membuat upakara serta melaksanakan suatu upacara
berdasarkan petunjuk – petunjuk dari ajaran Weda melalui ajaran Tatwa Agama,
Ethika Agama, dan ajaran Brahmana, sehingga umat hindu terhindar dari perbuatan
”Himsa Karma”.
4. Berfungsi
Sebagai Sarana Korban Suci.
Pelaksanaan upacara Dewa Yadnya
bisa dikatakan sebagai sarana korban suci karena kita menghayati atas
kemahamuliaan Sang Hyang Widhi yang begitu besarnya pengorbanan beliau terhadap
ciptaanNya sebagi contoh terciptanya manusia sebagai Mahluk yang paling utama
yang memiliki organ tubuh secara lengkap, pikiran, intelektualitas, dan
intuisi, sehingga manusia memiliki sebutan sebagai mahluk religius , juga
sebagai mahluk individu,dan sebagai mahluk biopsykhososial. Dari kenyataan
inilah umat Hindu memiliki rasa untuk melaksanakan korban suci kehadapan Sang
Hyang Widhi Wasa sebagai rasa suksmanya kehadapan Sang Hyang Widhi.oleh nkarena
itu melalui tulisan ini penulis memberikan imbauan kepada segenap umat Hindu,
bila melaksanakan korban suci sebagai persembahan kehadapan Sang Hyang Widhi
harus senantiasa dilandasi oleh rasa tulus ikhlas dalam pelaksanaan korban suci
tersebut.
Kambil Saking : Materi Sarasehan Pinandita Pujawali Parahyangan Agung Jagatkartta Gunung Salak 2018.
Kambil Saking : Materi Sarasehan Pinandita Pujawali Parahyangan Agung Jagatkartta Gunung Salak 2018.