Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Selasa, 04 September 2018

Upacara Dewa Yadnya Memiliki Beberapa Fungsi


Upacara Dewa Yadnya Memiliki Beberapa Fungsi

manggala upacara dan upakara
PUJAWALI PURA
Dengan demikian dari beberapa sumber sastra-sastra agama seperti diatas, maka pelaksanaan dari upacara DewaYadnya memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Berfungsi Sebagai Sarana Pembayaran Hutang Kehadapan Sang hyang Widhi.

Pelaksanaan upacara Dewa Yadnya dikatakan sebagai sarana pembayaran hutang kehadapan Sang Hyang Widhi karena Beliau Pencipta dari semua insan di dunia, disamping itu Beliau memberikan tuntunan kepada UmatNya melalui wahyuNya yang disampaikan kepada para Maha Rsi, kemudian Maha Rsi menyampaikan kepada umatnya melalui ajaran Weda. Dengan tuntunan ajaran Weda tersebut memiliki suatu pengertian bahwa umat Hindu harus berbuat untuk menunjukkan rasa bhakti kehadapan Sang Hyang Widhi. Maka rasa bhakti tersebut dapat diwujudnyatan berupa pelaksanaan upacara Agama khususnya bagi umat Hindu di Bali.

2. Berfungsi sebagai sarana Peleburan Dosa

Dapat dikatakan bahwa pelaksanaan dari upacara Dewa Yadnya sebagai sarana peleburan dosa karena pada pelaksanaan upacara tersebut telah mengandung nilai-nilai ajaran catur Yoiga yang telah menungal secara sinergis dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi untuk memcapai satu titik tujuan. Adanya ajaran Jnana Yoga bersemayam kedalam karenatelah dijabarkan berupa nilai-nilai Tattwanya, penuh dengan pemujaan – pemujannya.
Demikian juga ajaran Karma Yoga dan Bhakti Yoga, telah dijabarkan berupa ethika Agama serta nilai pengorbanannya baik bersifat material maupun spiritual. Mengenai ajaran Raja Yoganya telah dijabarkan dalam pelaksanaan upacara tersebut berupa ketulusan hati umat untuk beryadnya, yang penuh dilandasi oleh, rasa pengendalian diri (Mulat Sarira). Dengan adanya nilai-nilai ajaran Catur Yoga yang telah mendasari baik kedalam upakaranya maupun kedalam pelaksanaan upacaranya maka upacara tersebut akan memiliki kekuatan Reliomagis, sebagai titik tolak peleburan dosa.

3. Berfungsi sebagai Sarana Penyupatan.

Pelaksanaan suatu upacara keagamaan menurut keyakinan dan kepercayaan Hindu khususnya yang di Bali dikatakan sebagai sarana penyupatan karena dalam merangkai suatu upakara berisi sarana-sarana berupa : buah, bunga, daun, kacang-kacangan, ikan, daging, dll yang kesemuanya itu adalah ciptakan Sang Hyang Widhi, yang juga memiliki roh (nyawa), namun nasib roh tersebut pada saat reinkarnasi menjadi seperti sarana diatas akibat dari hasil karmanya pada kehidupan yang terdahulu. Karena roh-roh tersebut perlu dibantu oleh manusia yang bijak, maka umat Hindu dapat menolongnya dengan cara memakai persembahan kehadapan sang hyang Widhi untuk dijadikan rangkaian upakara sebagai penyupatan agar pada kelahiran yang akan datang kwalitas hidupnya dapat ditingkatkan agar lebih baik, atau nantinya diharapkan supaya bisa lahir menjadi manusia. Demikian pula bagi umat Hindu sudah secara tidak langsung telah berbuat kebajikan terhadap roh tersebut sehingga secara langsung telah memiliki Subhakarma. Dalam hal ini umat Hindu bukan termasuk/dikategorikan sebagai pembunuh (Himsa Karma) karena perbuatan tersebut adalah bersifat ”penyupatan” seperti yang diungkapkan dala ”Weda Smrti, 44, Hal. 295”, sebagai berikut :
”ya wedawinita himsa niyata smimccaracare
anisamewa tan widyad
wedadharmo ni nirbabmau”.

Maksudnya :
Ketahuilah bahwa menyakiti makhluk – makhluk bergerak maupun tak bergerak yang sudah ditentukan untuk suatu tujuan oleh Weda, bukanlah menyakiti namanya, karena dari Wedalah Hukum – hukum suci itu asalnya.

Demikian tinggi hakekatnya umat Hindu membuat upakara serta melaksanakan suatu upacara berdasarkan petunjuk – petunjuk dari ajaran Weda melalui ajaran Tatwa Agama, Ethika Agama, dan ajaran Brahmana, sehingga umat hindu terhindar dari perbuatan ”Himsa Karma”.

4. Berfungsi Sebagai Sarana Korban Suci.

Pelaksanaan upacara Dewa Yadnya bisa dikatakan sebagai sarana korban suci karena kita menghayati atas kemahamuliaan Sang Hyang Widhi yang begitu besarnya pengorbanan beliau terhadap ciptaanNya sebagi contoh terciptanya manusia sebagai Mahluk yang paling utama yang memiliki organ tubuh secara lengkap, pikiran, intelektualitas, dan intuisi, sehingga manusia memiliki sebutan sebagai mahluk religius , juga sebagai mahluk individu,dan sebagai mahluk biopsykhososial. Dari kenyataan inilah umat Hindu memiliki rasa untuk melaksanakan korban suci kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai rasa suksmanya kehadapan Sang Hyang Widhi.oleh nkarena itu melalui tulisan ini penulis memberikan imbauan kepada segenap umat Hindu, bila melaksanakan korban suci sebagai persembahan kehadapan Sang Hyang Widhi harus senantiasa dilandasi oleh rasa tulus ikhlas dalam pelaksanaan korban suci tersebut.

Kambil Saking : Materi Sarasehan Pinandita Pujawali Parahyangan Agung Jagatkartta Gunung Salak 2018.

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive