Catur Guru
Sesenggakan Bali |
Agar hidup kita bahagia dan sejahtera di dunia ini dan kelak dapat naik
ke Moksa loka, serta dijuluki orang Dharmika, karena tahu adat dan sopan
santun, tata krama dan berkesusilaan tinggi, lagi pula tahu membalas budi, maka
kita harus mengadakan hubungan yang serasi dengan yang dianggap guru itu. Siapakah yang dianggap guru itu ?
Yang dimaksud dengan Catur Guru itu adalah :
2. Guru Rupaka
3. Guru Pangajian
4. Guru WiÒ«esa
Guru Swadhyaya menurut ajaran Agama Hindu adalah Sang Hyang Widdhi yaitu
Guru Yang Maha Suci, Maha Bijaksana, Maha Adil, dan Maha Sempurna.
Sang Hyang Widdhi menurunkan kepada kita Ajaran Agama, yaitu suluh hidup
di dunia ini dan kesusilaan yang tinggi lewat Catur Weda. Beliaulah yang terutama
patut kita hormati, jungjung tinggi. Sepantasnyalah kita bersujud bhakti kepada
beliau dan berterima kasih kepada-Nya karena jasa-jasa Beliau.
Guru Rupaka adalah Orang Tua kita, Ibu Bapak kita. Alangkah durhakanya
seorang anak yang tidak bhakti kepada orang tuanya. Mengenai hubungan seorang
anak dengan orang tuanya, Sarasamuccaya mengatakan .
Sarasamuccaya , Ò«loka 189 :
“Maka jika ayah-bunda anda meminta suatu pemberian, meskipun nyawa anda
sekalipun, persembahkanlah kepada beliau, sebab beliau yang menjadikan anda”
Sarasamuccaya, Ò«loka 190 :
“Karena amat besarlah kesakitan yang diderita oleh beliau selagi anda
dalam kandungan, segala daya upayanya memelihara anda merupakan hutang anda
sekarang, terang tidak dapat anda balas hutang budi itu dalam waktu 100 tahun.”
Yang dimaksud dengan Guru Pengajian adalah Guru yang mengajarkan Ilmu
Pengetahuan (aji) kepada kita dan memberikan pendidikan yang amat berguna bagi
kita, hingga kita menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkesusilaan
tinggi.
Sudah sepantasnyalah para Guru, Resi dan Sulinggih pada umumnya mendapat
penghormatan dari para muridnya atas jasa-jasa beliau itu.
Guru Wisesa adalah Pemerintah
yang menjadi pengayom kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat, tempat rakyat
mencari perlindungan di waktu menghadapi bahaya dan ditimpa kesusahan.
Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah kalau kita sebagai rakyat membantu
Pemerintah dalam segala hal, apabila tenaga kita diperlukan olehnya dan taat
kepada semua peraturan dan perintahnya, sebab semua itu tentulah demi kebaikan
rakyat semuanya.
ARTIKEL TERKAIT CATUR GURU
Panca Satya berarti Lima Kesetiaan yang harus dilaksanakan agar kita
mendapat julukan atau predikat sebagai orang yang dapat dipercaya, mengenal
adat sopan santun dan patut dihormati dan berkesusilaan tinggi. Nama baik
adalah harta yang paling tinggi nilainya di dunia ini. Sebab orang yang tidak
setia kepada janjinya dapat juga diajukan ke depan Pengadilan, karena dituduh
melanggar suatu norma hukum.
Akan tetapi yang sangat tercela dalam pergaulan hidup adalah pelanggaran
terhadap norma moral agama yang merupakan beban mental seseorang dalam hidupnya
di masyarakat ini maupun di Paraloka kelak.
Yang dimaksud dengan Panca Satya adalah :
1. Satya Hrdaya :
Jujur mental dan bathin
2. Satya Samaya :
Tepat, taat pada janji
3. Satya Wacana :
Konsekwen pada perkataan
4. Satya Laksana :
Jujur dalam perbuatan
5. Satya Mitra :
Setia kepada kawan, setiakawan
Sebagai penganut Agama Hindu yang percaya adanya Moksa , kita diharuskan
berusaha sekuat tenaga untuk memahami, mendalami, menghayati, dan akhirnya
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari Panca Satya tersebut di atas, agar
jalan kita menuju Moksa Loka lurus, lebar dan terang benderang.
Catur Marga Yoga
Catur Marga Yoga atau Catur Yoga berarti 4 (empat) jalan atau cara untuk
mencapai kebahagiaan abadi atau Moksa yaitu bersatunya Atman dengan Brahman. Mengenai Catur Marga Yoga telah diuraikan
pada Bab II, sub 2.5. Catur Marga Yoga terdiri dari :
1. Jnana Marga Yoga
2. Bhakti Marga Yoga
3. Karma Marga Yoga
4. Raja Marga Yoga
Tri Kaya PariÒ«uddha berarti : Tiga perbuatan yang patut, bersih atau
suci. Ketiga perbuatan dimaksud adalah :
1. Berpikir harus suci :
Manacika PariÒ«uddha
2. Berkata harus suci :
Wacika PariÒ«uddha
3. Berbuat harus suci :
Kayika PariÒ«uddha
Tri Kaya PariÒ«uddha merupakan sarana yang amat ampuh untuk menangkis
hambatan-hambatan yang dihadapi pada pelaksanaan Susila Agama Hindu. Dari Tri
Kaya PariÒ«uddha timbulah 10 (sepuluh) sistem pengendalian diri yaitu :
1. 3 (tiga) macam berdasarkan pikiran
2. 4 (empat) macam berdasarkan perkataan
3. 3 (tiga) macam berdasarkan perbuatan
3 (tiga) macam
berdasarkan pikiran, adalah :
1. Jangan mengingini sesuatu yang tidak halal
2. Jangan berpikir tidak baik terhadap orang atau mahluk
lain
3. Jangan tidak percaya akan Hukum Karma
4 (empat) macam
berdasarkan perkataan, adalah :
1. Jangan suka mencaci maki
2. Jangan berkata kasar kepada orang lain atau mahluk lain
3. Jangan menfitnah
4. Jangan ingkar pada ucapan atau janji
3 (tiga) macam
berdasarkan perbuatan, adalah :
1. Jangan menyiksa atau membunuh mahluk lain
2. Jangan melakukan kecurangan terhadap harta benda
3. Jangan berzinah Baca : 10 Penyakit Sosial Manusia
Tuntunan Susila Lainnya
Lain dari pada cara pengendalian diri atau larangan seperti tersebut di
atas, yang berdasarkan Tri Kaya PariÒ«uddha ada lagi Tuntunan Susila lain,
seperti:
1. Panca Yama Brata
2. Panca Niyama Brata
3. Dasa Yama Brata
4. Dasa Niyama Brata
Panca Yama
Brata adalah Lima (5) Jenis Pantangan
(Brata) serta upaya untuk menjauhkan diri dari larangan Agama sebagai landasan
/ prinsip hidup kesusilaan, yang terdiri dari :
1. Ahimsa : yang berarti tidak menyakiti atau membunuh
mahluklain, termasuk pula menyakiti dengan kata-kata yang keji dan kotor serta
tingkah laku yang tidak senonoh.
2. Brahmacari : artinya menuntut ilmu dan selama itu
pantang untuk melakukan senggama.
3. Satya : artinya setia pada janji yang telah disepakati
(di-ikrar-kan bersama)
4. Awyawaharika : artinya tidak suka bertengkar yang
tidak bermanfaat.
5. Asteya : artinya tidak melakukan pencurian atau
kecurangan.
Panca Niyama Brata berarti
Lima Jenis Pantangan atau ketaatan pada peraturan Dharma yang telah ditentukan seperti :
1. A-Krodha : artinya tidak dikuasai oleh nafsu marah
(emosi)
2. Guru Susrusa : artinya hormat dan patuh kepada Guru,
serta melaksanakan ajaran-ajarannya
3. Sauca : artinya senantiasa memelihara kesucian diri,
lahir dan bathin
4. Aharalagawa : artinya pengaturan waktu makan dan jenis
makanan yang dimakan (menu-bergizi) dan tidak bergaya hidup boros
5. A-Pramada : artinya tidak sombong, angkuh dan takabur.
Dasa Yama Brata
1. Anresangsya atau Arimbawa artinya tidak mementingkan
diri sendiri
2. Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam
kehidupan
3. Satya artinya
setia kepada ucapan, sehingga menyenangkan semua mahluk
4. Ahimsa artinya tidak membunuh dan tidak menyiksa,
menyakiti
5. Dama artinya dapat menasehati diri sendiri
6. Arjawa artinya jujur, mempertahankan kebenaran
7. Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama
mahluk
8. Prasada artinya berpikir dan berhati suci serta tanpa
pamrih
9. Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut, sopan
santun
10. Mardawa artinya rendah hati.
Dasa Niyama Brata
1. Dana artinya suka memberikan dana punia/ beramal
2. Ijya artinya pemujaan terhadap Sang Hyang Widdhi dan
Leluhur
3. Tapa artinya pengendalian diri
4. Dyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Tuhan
5. Swadhyaya artinya mempelajari dan memahami
ajaran-ajaran suci
6. Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu
kelamin/seks
7. Brata artinya taat akan sumpah, larangan
8. Upawasa artinya berpuasa
9. Mona artinya membatasi perkataan
10. Snana artinya melakukan penyucian diri tiap-tiap hari
dengan jalan bersembahyang
Hal tersebut di atas inilah hendaknya dilakukan untuk
menaklukkan musuh-musuh yang bersarang di hati kita, untuk meningkatkan
kesusilaan hidup, yang merupakan jaminan akan tercapainya hidup kerohanian yang
tinggi.
ARTIKEL TERKAIT CATUR GURU
ARTIKEL TERKAIT CATUR GURU