Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Rabu, 15 Agustus 2018

4 Catur Guru - Menjadi Orang Dharmika

Catur Guru
Sesonggan Bali
Sesenggakan Bali

Agar hidup kita bahagia dan sejahtera di dunia ini dan kelak dapat naik ke Moksa loka, serta dijuluki orang Dharmika, karena tahu adat dan sopan santun, tata krama dan berkesusilaan tinggi, lagi pula tahu membalas budi, maka kita harus mengadakan hubungan yang serasi dengan yang dianggap guru itu.  Siapakah yang dianggap guru itu ?

Yang dimaksud dengan Catur Guru itu adalah :
2.    Guru Rupaka
3.    Guru Pangajian
4.    Guru WiÒ«esa

Guru Swadhyaya menurut ajaran Agama Hindu adalah Sang Hyang Widdhi yaitu Guru Yang Maha Suci, Maha Bijaksana, Maha Adil, dan Maha Sempurna.
Sang Hyang Widdhi menurunkan kepada kita Ajaran Agama, yaitu suluh hidup di dunia ini dan kesusilaan yang tinggi lewat Catur Weda. Beliaulah yang terutama patut kita hormati, jungjung tinggi. Sepantasnyalah kita bersujud bhakti kepada beliau dan berterima kasih kepada-Nya karena jasa-jasa Beliau.

Guru Rupaka adalah Orang Tua kita, Ibu Bapak kita. Alangkah durhakanya seorang anak yang tidak bhakti kepada orang tuanya. Mengenai hubungan seorang anak dengan orang tuanya, Sarasamuccaya mengatakan .

Sarasamuccaya , Ò«loka 189 :
“Maka jika ayah-bunda anda meminta suatu pemberian, meskipun nyawa anda sekalipun, persembahkanlah kepada beliau, sebab beliau yang menjadikan anda”

Sarasamuccaya, Ò«loka 190 :
“Karena amat besarlah kesakitan yang diderita oleh beliau selagi anda dalam kandungan, segala daya upayanya memelihara anda merupakan hutang anda sekarang, terang tidak dapat anda balas hutang budi itu dalam waktu 100 tahun.”

Yang dimaksud dengan Guru Pengajian adalah Guru yang mengajarkan Ilmu Pengetahuan (aji) kepada kita dan memberikan pendidikan yang amat berguna bagi kita, hingga kita menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkesusilaan tinggi.
Sudah sepantasnyalah para Guru, Resi dan Sulinggih pada umumnya mendapat penghormatan dari para muridnya atas jasa-jasa beliau itu.


Guru Wisesa adalah  Pemerintah yang menjadi pengayom kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat, tempat rakyat mencari perlindungan di waktu menghadapi bahaya dan ditimpa kesusahan.
Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah kalau kita sebagai rakyat membantu Pemerintah dalam segala hal, apabila tenaga kita diperlukan olehnya dan taat kepada semua peraturan dan perintahnya, sebab semua itu tentulah demi kebaikan rakyat semuanya.




Panca Satya berarti Lima Kesetiaan yang harus dilaksanakan agar kita mendapat julukan atau predikat sebagai orang yang dapat dipercaya, mengenal adat sopan santun dan patut dihormati dan berkesusilaan tinggi. Nama baik adalah harta yang paling tinggi nilainya di dunia ini. Sebab orang yang tidak setia kepada janjinya dapat juga diajukan ke depan Pengadilan, karena dituduh melanggar suatu norma hukum.
Akan tetapi yang sangat tercela dalam pergaulan hidup adalah pelanggaran terhadap norma moral agama yang merupakan beban mental seseorang dalam hidupnya di masyarakat ini maupun di Paraloka kelak.

Yang dimaksud dengan Panca Satya adalah :
1.    Satya Hrdaya                   : Jujur mental dan bathin
2.    Satya Samaya                  : Tepat, taat pada janji
3.    Satya Wacana                 : Konsekwen pada perkataan
4.    Satya Laksana                 : Jujur dalam perbuatan
5.    Satya Mitra                        : Setia kepada kawan, setiakawan

Sebagai penganut Agama Hindu yang percaya adanya Moksa , kita diharuskan berusaha sekuat tenaga untuk memahami, mendalami, menghayati, dan akhirnya mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari Panca Satya tersebut di atas, agar jalan kita menuju Moksa Loka lurus, lebar dan terang benderang.


Catur Marga Yoga
Catur Marga Yoga atau Catur Yoga berarti 4 (empat) jalan atau cara untuk mencapai kebahagiaan abadi atau Moksa yaitu bersatunya Atman dengan Brahman.  Mengenai Catur Marga Yoga telah diuraikan pada Bab II, sub 2.5. Catur Marga Yoga terdiri dari :
1.    Jnana Marga Yoga
2.    Bhakti Marga Yoga
3.    Karma Marga Yoga
4.    Raja Marga Yoga




Tri Kaya PariÒ«uddha berarti : Tiga perbuatan yang patut, bersih atau suci. Ketiga perbuatan dimaksud adalah :
1.    Berpikir harus suci                   : Manacika PariÒ«uddha
2.    Berkata harus suci                   : Wacika PariÒ«uddha
3.    Berbuat harus suci                   : Kayika PariÒ«uddha

Tri Kaya PariÒ«uddha merupakan sarana yang amat ampuh untuk menangkis hambatan-hambatan yang dihadapi pada pelaksanaan Susila Agama Hindu. Dari Tri Kaya PariÒ«uddha timbulah 10 (sepuluh) sistem pengendalian diri yaitu :
1.    3 (tiga) macam berdasarkan pikiran
2.    4 (empat) macam berdasarkan perkataan
3.    3 (tiga) macam berdasarkan perbuatan

3 (tiga) macam berdasarkan pikiran, adalah :
1.    Jangan mengingini sesuatu yang tidak halal
2.    Jangan berpikir tidak baik terhadap orang atau mahluk lain
3.    Jangan tidak percaya akan Hukum Karma

4 (empat) macam berdasarkan perkataan, adalah :
1.    Jangan suka mencaci maki
2.    Jangan berkata kasar kepada orang lain atau mahluk lain
3.    Jangan menfitnah
4.    Jangan ingkar pada ucapan atau janji

3 (tiga) macam berdasarkan perbuatan, adalah :
1.    Jangan menyiksa atau membunuh mahluk lain
2.    Jangan melakukan kecurangan terhadap harta benda
3.    Jangan berzinah Baca : 10 Penyakit Sosial Manusia

Tuntunan Susila Lainnya
Lain dari pada cara pengendalian diri atau larangan seperti tersebut di atas, yang berdasarkan Tri Kaya PariÒ«uddha ada lagi Tuntunan Susila lain, seperti:
1.    Panca Yama Brata
2.    Panca Niyama Brata
3.    Dasa Yama Brata
4.    Dasa Niyama Brata

Panca Yama Brata  adalah Lima (5) Jenis Pantangan (Brata) serta upaya untuk menjauhkan diri dari larangan Agama sebagai landasan / prinsip hidup kesusilaan, yang terdiri dari :
1.       Ahimsa : yang berarti tidak menyakiti atau membunuh mahluklain, termasuk pula menyakiti dengan kata-kata yang keji dan kotor serta tingkah laku yang tidak senonoh.
2.       Brahmacari : artinya menuntut ilmu dan selama itu pantang untuk melakukan senggama.
3.       Satya : artinya setia pada janji yang telah disepakati (di-ikrar-kan bersama)
4.       Awyawaharika : artinya tidak suka bertengkar yang tidak bermanfaat.
5.       Asteya : artinya tidak melakukan pencurian atau kecurangan.

Panca Niyama Brata berarti Lima Jenis Pantangan atau ketaatan pada peraturan Dharma  yang telah ditentukan seperti :
1.    A-Krodha : artinya tidak dikuasai oleh nafsu marah (emosi)
2.    Guru Susrusa : artinya hormat dan patuh kepada Guru, serta melaksanakan ajaran-ajarannya
3.    Sauca : artinya senantiasa memelihara kesucian diri, lahir dan bathin
4.    Aharalagawa : artinya pengaturan waktu makan dan jenis makanan yang dimakan (menu-bergizi) dan tidak bergaya hidup boros
5.    A-Pramada : artinya tidak sombong, angkuh dan takabur.

Dasa Yama Brata
1.    Anresangsya atau Arimbawa artinya tidak mementingkan diri sendiri
2.    Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan
3.    Satya  artinya setia kepada ucapan, sehingga menyenangkan semua mahluk
4.    Ahimsa artinya tidak membunuh dan tidak menyiksa, menyakiti
5.    Dama artinya dapat menasehati diri sendiri
6.    Arjawa artinya jujur, mempertahankan kebenaran
7.    Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk
8.    Prasada artinya berpikir dan berhati suci serta tanpa pamrih
9.    Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut, sopan santun
10. Mardawa artinya rendah hati.

Dasa Niyama Brata
1.    Dana artinya suka memberikan dana punia/ beramal
2.    Ijya artinya pemujaan terhadap Sang Hyang Widdhi dan Leluhur
3.    Tapa artinya pengendalian diri
4.    Dyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Tuhan
5.    Swadhyaya artinya mempelajari dan memahami ajaran-ajaran suci
6.    Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin/seks
7.    Brata artinya taat akan sumpah, larangan
8.    Upawasa artinya berpuasa
9.    Mona artinya membatasi perkataan
10. Snana artinya melakukan penyucian diri tiap-tiap hari dengan jalan bersembahyang

Hal tersebut di atas inilah hendaknya dilakukan untuk menaklukkan musuh-musuh yang bersarang di hati kita, untuk meningkatkan kesusilaan hidup, yang merupakan jaminan akan tercapainya hidup kerohanian yang tinggi.


ARTIKEL TERKAIT CATUR GURU 



Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive