UPACARA RAJASWALA MENEK DEHA
Upacara ini
dilaksanakan pada saat anak menginjak dewasa. Upacara ini bertujuan untuk memohon
ke hadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak
menyesatkan bagi si anak.
Sarana :
Banten pabyakala, banten prayascita, banten dapetan,
banten sesayut tabuh rah (bagi wanita), banten sesayut ngraja singa, (bagi
laki-laki), banten padebarian.
Waktu Upacara menginjak dewasa (munggah deha)
dilaksanakan pada saat putra/putri sudah menginjak dewasa. Peristiwa ini akan
terlihat melalui perubahan-perubahan yang nampak pada putra-putri. Misalnya
pada anak laki-laki perubahan yang menonjol dapat kita saksikan dari sikap dan
suaranya. Pada anak putri mulai ditandai detang bulan (menstruasi) pertama.
Orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewas
(munggah deha) ini. Tempat Upacara dilaksanakan dirumah. Pelaksana Dilakukan
oleh pandita / pinandita atau yang tertua di dalam lingkungan keluarga.
Tata cara :
Dalam upacara meningkat dewasa, pertama-tama putra /
putri yang diupacarai terlebih dahulu mabyakala dan maprayascita. Setelah itu
dilakukan dengan natab sesayut tabuh rah (bagi yang putri), sayut raja singa
bagi yang putra.
Ciri-Ciri anak telah meningkat dewasa.
Siklus kehidupan makhluk didunia adalah lahir, hidup
dan mati (kembali ke asalnya). Manusia hidup didunia mengalami beberapa fase
yaitu, fase anak-anak, fase ini anak dianggap sebagai raja, semua permintaannya
dipenuhi. Fase berikutnya adalah pada masa anak meningkat dewasa. Saat ini anak
itu tidak lagi dianggap raja, tetapi sebagai teman. Orang tua memberikan
nasihat kepada anak-anaknya dan anak itu bisa menolak nasihat orang tuanya bila
kondisi dan lingkungannya tidak mendukung, artinya terjadi komunikasi timbal
balik atau saling melangkapi. Dan yang terakhir adalah fase tua, disini anak
tadi menjadi panutan penerusnya.
Sebagai tanda kedewasaan seseorang adalah suaranya
mulai membesar/ berubah/ ngembakin (bahasa Bali) bagi laki-laki dan bagi
perempuan pertama kalinya ia mengalami datang bulan. Sejak saat ini seseorang
mulai merasakan getar-getar asamara, karena Dewa Asmara mulai menempati lubuk
hatinya. Dua perasaan getar-getar ini tidak dibentengi dengan baik akan keluar
dari jalur yang sebenarnya.
Perasaan getar-getar asmara itu dibentengi oleh dua
jalur yaitu, jalur miskala, membersihkan jiwa anak dengan mengadakan Upacara
yang disebut Raja Sewala dan jalur sekala, dengan memberikan wejangan-wejangan
yang bermanfaat bagi dirinya.
Upacara Raja Sewala ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan didalam Agastya Parwa bahwa, disebutkan ada tiga perbuatan yang
dapat menuju Surga, yaitu: Tapa (pengendalian), Yadnya (persembahan yang tulus
ikhlas) dan Kirti (perbuatan amal kebajikan) Upacara Raja Sewala merupakan
Yadnya (persembahan yang tulus ikhlas) yang membuat peluang bagi keluarganya
untuk masuk Surga.
Nilai Pendidikan
Upacara Raja Sewala atau meningkat dewasa yang
dilakukan oleh umat Hindu adalah merupakan salah satu jenis Upacara Manusa
Yadnya yang bertujuan untuk memohon kehadapan Sanghyang Widhi Waca (Tuhan yang
maha Esa) dalam menifestasinya sebagai Sang Hyang Semara Ratih, agar orang itu
dibimbing, sehingga ia dapat mengendalikan dirinya dalam menghadapi Pancaroba.
Dalam masa Pancaroba ini seseorang sangat rentang terhadap godaan-godaan
khusunya godaan dari Sad Ripu yaitu: Kroda (sifat marah), Loba (rakus/tamak),
Kama (nafsu/keinginan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan), dan Matsarya
(rasa iri hati).
Pada Upacara ini juga terselip nilai pendidikan. Anak
diberikan wejangan-wejangan yang menyatakan bahwa dirinya telah tumbuh dewasa,
apapun yang akan diperbuatnya berikabat juga kepada orang tuanya. Jadi anak itu
tidak bebas begitu saja menerjunkan diri dalam pergaulan di masyarakat. Dia harus
tahu mana yang pantas untuk dilakukan dan mana yang dilarang. Dalam hal ini
anak-anak juga merasa mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga menimbulkan
rasa lebih hormat kepada orang tuanya.
Melalui Upacara Raja Sewala/meningkat dewasa ini
diharapkan seseorang dapat meningkatkan kesucian pribadinya sehingga mampu
memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Demikian kami sampaikan “Upacara Menek Deha
(Rajaswala)” atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa kami
sampaikan, dapat bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu