Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Jumat, 06 Januari 2023

Cara Berkomunikasi Dengan Tuhan

Cara Berkomunikasi Dengan Tuhan 

Dalam susastra Hindu disebutkan, cara berkomunikasi dengan Tuhan lewat pemujaan ada empat. Ke-empat-nya itu adalah Puja, Prathana, Japa dan mantram.     

   

Puja adalah pengucapan mantram yang sudah baku untuk memuja kebesaran Tuhan. Dalam Puja ini kita bisa memohon suatu anugrah kepada Tuhan lewat Istadewata. Melakukan Puja Trisandya dan Karamaning Sembah adalah contoh dari melakukan puja ini. Ritual ini bisa dilakukan bersama-sama, tetapi ada aturannya baik dberupa cara duduk, mau pun sarana. Kapan sembahyang memakai bunga, kapan memakai kuangen, kapan tangan kosong, misalnya.

Prathana adalah berdoa yang sebenarnya. Kita berdoa melakukan permohonan kepada Tuhan, tetapi tidak dibatasi oleh sikap tubuh maupun sarana. Mantram pun tak harus baku, bahkan bisa bebas dengan dengan bahasa sehari-hari. Juga bisa tak terucapkan, hanya di dalam hati. Misalnya, ketika mendengar ada seorang yang meninggal dunia, kita langsung memberikan doa. Atau ada rintangan di jalan. Apakah saat itu kita sedang menyetir mobil atau minum kopi di ruang tamu. Karena begitu bebasnya dan sifatnya pun pribadi, berdoa cara ini tak harus bersama-sama.

Japa adalah pengucapan nama suci Tuhan secara berulang-ulang, baik dihitung dengan sarana genitri atau japamala, mau pun tak terbatas. Japa selain itu mendekatkan diri pada Tuhan juga bagus untuk mendisiplinkan pikiran. Japa bisa dilakukan bersama-sama, tetapi karena tujuan sering tidak sama, begitu pula berapa lama japa tidak sama, maka lebih baik dilakukan sendiri.

Mantram adalah doa yang diucapkan dengan kata-kata yang sudah baku yang diambil dari kitab Weda. Tujuannya jelas, cara pengucapannyapun baku, meski iramanya bisa mengikuti budaya setempat. Mantram ini yang biasa dilakukan oleh seorang sulinggih dalam mempin ritual sebelum mengajak umat sembahyang bersama. Tidaklah mungkin mantram dilantunkan bersama-sama, kecuali Puja Trisandhya yang sesungguhnya adalah enam bait mantram  dari berbagai sumber disatukan. Puja Trisandhya adalah kearifan Hindu Nusantara agar kita punya sarana untuk berdoa bersama. Di luar Bali, terutama umat Hindu etnis Jawa, seringkali melakukan Panca Sembah juga dengan melantunkan bersama-sama. Karena mereka taat dengan pedoman baku yang sudah disusun dan disebarkan. Namun di Bali agak sulit, karena sulinggih atau pemangku seringkali melantunkan mantram yang berbeda dari yang sudah dijadikan pedoman dalam buku. Misalnya, mantram kedua Panca Sembah tatkala memuja Hyang Raditya untuk “memohon kesaksian”. Ada banyak jenis mantram untuk memuja Raditya, kalau ternyata umat dan sulinggih saling beda mengambil sumber, bisa kacau dan selesainya pun tak bersama. Karena itu umat cukup diam saja menunggu mantram sulinggih.

Ke-empat cara berkomunikasi dengan Tuhan penting untuk dibedakan agar ritual yadnyanya lebih rapi dan khusyuk. (Sumber Kutipan Dharma Wacana : Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive