Aji Kelepasan |
Jaratkaru
Dalam catatan-catatan pustaka kuno, banyak disajikan ilmu-ilmu gaib yang fungsinya sebagai penuntun, agar manusia yang hidup dapat memasuki alam setelah kematian. Jadi melalui ilmu gaib tersebut alam setelah kematian tidak hanya menjadi monopoli dari mereka-mereka yang telah mati. Banyak orang suci Hindu yang dinyatakanntelah berhasil menguasai ilmu ini dan melalui catatan-catatan sastra kita dapat sedikit "mengintip" bagaimanakah keadaan alam tersebut.
Seorang waskita yoga yang telah menguasai Aji Kalepasan dapat dalam hitungan sepersekian detik "pergi" memasuki alam setelah kematian, bahkan mereka sesungguhnya dapat pergi kemanapun keinginannya dalam sekejap mata.
Ada kisah menarik dari Sang Jaratkaru setelah ia mengalami realisasi tapa, orang suci ini sungguh berhasil menguasai ilmu gaib Aji Kalepasan, selanjutnya ia mengembara keberbagai dimensi alam. Kutipannya berikut ini :
Dalam catatan-catatan pustaka kuno, banyak disajikan ilmu-ilmu gaib yang fungsinya sebagai penuntun, agar manusia yang hidup dapat memasuki alam setelah kematian. Jadi melalui ilmu gaib tersebut alam setelah kematian tidak hanya menjadi monopoli dari mereka-mereka yang telah mati. Banyak orang suci Hindu yang dinyatakanntelah berhasil menguasai ilmu ini dan melalui catatan-catatan sastra kita dapat sedikit "mengintip" bagaimanakah keadaan alam tersebut.
Seorang waskita yoga yang telah menguasai Aji Kalepasan dapat dalam hitungan sepersekian detik "pergi" memasuki alam setelah kematian, bahkan mereka sesungguhnya dapat pergi kemanapun keinginannya dalam sekejap mata.
Ada kisah menarik dari Sang Jaratkaru setelah ia mengalami realisasi tapa, orang suci ini sungguh berhasil menguasai ilmu gaib Aji Kalepasan, selanjutnya ia mengembara keberbagai dimensi alam. Kutipannya berikut ini :
" Samangkana ta Sang Jaratkaru magawe tapas,
huwus pwa sira siddhi mantra,
mahas ta sireng sarwa loka,
teka ring asing harep pinaran ira "
(Adiparwa)
Artinya :
"Setelah berhasil dalam tapa dan mendapatkan realisasinya (siddhi mantra = mantra manjur), ia mampu mamasuki setiap alam yang dikehendaki".Pernyataan diatas menjelaskan bahwa seorang yogi seperti Jaratkaru setelah mendapatkan realisasi yoga (tapas) dapat pergi kemanapun kehendaknya, ia dapat memasuki alam para naga, para bhuta, yaksa, preta, apsara, siddha, Dewa, alam surga, alam neraka dan lain-lain.
Khusus dalam tulisan ini akan disajikan salah satu alam dari orang mati yang sempat dikunjungi oleh yogi Jaratkaru, alam ini disebut dengan Ayatanasthana.
"Kawawa sireng ayatanasthana, ikang loka pantaraning surga lawan neraka, kahanan ikang pitara mangapeksa karanantara, an panguli swarga naraka, ya tika kaliwatan de sang Jaratkaru".
Artinya :
"Ia berada di alam Ayatanasthana, alam ini berada di antara alam surga dan neraka, alam ini adalah alam para roh guna menunggu keputusan (dari Dewa Yama), apakah akan memasuki surga atau neraka, alam inilah yang dikunjungi oleh Sang Jaratkaru".
Disini dengan jelas dinyatakan bahwa diantara alam surga dan neraka ada alam lagi yang merupakan alam penantian para roh yang dinamakan dengan Ayatanasthana. Di Ayatanasthana inilah roh dari orang yang mati akan menunggu keputusan akherat, apakah akan masuk ke surga atau ke neraka.
Tidak ada satupun perbuatan manusia yang dapat luput atau disembunyikan dari perhatian para "hakimnya" dan di alam ini keadilan tidak bisa ditawar-tawar seperti halnya di bumi. Alam inilah yang dimasuki oleh Sang Jaratkaru, di sana ia melihat sosok roh yang akan segera 'jatuh ke jurang neraka' kutipannya sebagai berikut :
Haneng Ayatanasthana hana ta pitara ginantung ring petung sawulih kinabehan ira, katon tang muka tumampak, tinalin suku nira, ri sor nira jurang ajro, tekang neraka loka inenahaken tinalyan ira, yan tikel ikang petung pegantungan ira. Hana tikus sawiji, tumoleh I Kuwung nikang petung ring pinggiring jurang, pratidina manigit wuku nikang wirastanamba, yata katon de Jaratkaru.
Artikel Terkait Kematian
Artinya :
Di alam Ayatanasthana ada roh yang bergantung pada sebilah bambu besar, didekati dan diperhatikan oleh Sang Jaratkaru keberadaan roh tersebut, kakinya terikat tali dan dibawahnya itu ada jurang sangat dalam yang merupakan (pintu) alam neraka. Di bagian pangkal bambu yang tumbuh di pinggir jurang, ada seekor tikus yang tak henti-hentinya menggigit bambu besar (tempat roh bergantung), inilah yang dilihat oleh Sang Jaratkaru.
Roh ini kakinya terikat tali dan digantung di bilah bambu besar yang tumbuh di pinggir jurang yang sangat dalam, sedangkan pangkal bambu tadi tidak henti-hentinya digigit oleh seekor tikus. Keberadaan roh/pitara yang digantung itu sangat tergantung pada cepat atau lambatnya gigitan tikus, ia hanya menunggu waktu untuk segera jatuh ke jurang neraka. Demikianlah sedikit gambaran dari alam Ayatanasthana, alam setelah kematian yang berada diantara surga dan neraka.
"Ia berada di alam Ayatanasthana, alam ini berada di antara alam surga dan neraka, alam ini adalah alam para roh guna menunggu keputusan (dari Dewa Yama), apakah akan memasuki surga atau neraka, alam inilah yang dikunjungi oleh Sang Jaratkaru".
Disini dengan jelas dinyatakan bahwa diantara alam surga dan neraka ada alam lagi yang merupakan alam penantian para roh yang dinamakan dengan Ayatanasthana. Di Ayatanasthana inilah roh dari orang yang mati akan menunggu keputusan akherat, apakah akan masuk ke surga atau ke neraka.
Tidak ada satupun perbuatan manusia yang dapat luput atau disembunyikan dari perhatian para "hakimnya" dan di alam ini keadilan tidak bisa ditawar-tawar seperti halnya di bumi. Alam inilah yang dimasuki oleh Sang Jaratkaru, di sana ia melihat sosok roh yang akan segera 'jatuh ke jurang neraka' kutipannya sebagai berikut :
Haneng Ayatanasthana hana ta pitara ginantung ring petung sawulih kinabehan ira, katon tang muka tumampak, tinalin suku nira, ri sor nira jurang ajro, tekang neraka loka inenahaken tinalyan ira, yan tikel ikang petung pegantungan ira. Hana tikus sawiji, tumoleh I Kuwung nikang petung ring pinggiring jurang, pratidina manigit wuku nikang wirastanamba, yata katon de Jaratkaru.
Artikel Terkait Kematian
- KEMATIAN DAN TIDUR
- KEMATIAN PERJALANAN KEMBALI KE ASAL
- APA PERBEDAAN TIDUR, TAK SADARKAN DIRI DAN KEMATIAN
- MENYADARI DATANGNYA KEMATIAN
- KEMATIAN KARENA USIA TUA
- ALAM SETELAH KEMATIAN
- PERALATAN DAN SESAJEN UNTUK MEMANDIKAN JENASAH
Artinya :
Di alam Ayatanasthana ada roh yang bergantung pada sebilah bambu besar, didekati dan diperhatikan oleh Sang Jaratkaru keberadaan roh tersebut, kakinya terikat tali dan dibawahnya itu ada jurang sangat dalam yang merupakan (pintu) alam neraka. Di bagian pangkal bambu yang tumbuh di pinggir jurang, ada seekor tikus yang tak henti-hentinya menggigit bambu besar (tempat roh bergantung), inilah yang dilihat oleh Sang Jaratkaru.
Roh ini kakinya terikat tali dan digantung di bilah bambu besar yang tumbuh di pinggir jurang yang sangat dalam, sedangkan pangkal bambu tadi tidak henti-hentinya digigit oleh seekor tikus. Keberadaan roh/pitara yang digantung itu sangat tergantung pada cepat atau lambatnya gigitan tikus, ia hanya menunggu waktu untuk segera jatuh ke jurang neraka. Demikianlah sedikit gambaran dari alam Ayatanasthana, alam setelah kematian yang berada diantara surga dan neraka.
Atma Prasangsa olih IB Putra Manik Aryana, SS. M.Si