![]() |
Kematian itu Indah |
Kematian sesungguhnya dapat diprediksi dan diketahui kapan datangnya melalui teknik Yoga. Dulu ketika aktivitas manusia tidak sesibuk seperti sekarang ini dalam pengejaran materi (harta), leluhur orang Bali telah menemukan suatu teknik Yoga ala Bali sederhana yang dapat dipakai untuk mengetahui kapan datangnya kematian itu (Mrtyu). Bentangan teks dari jenis atma tattwa (sastra kematian) yang luas di Bali, membuktikan bahwa kematian dalam tradisi Bali adalah sesuatu yang sangat menarik untuk diungkap dan dipahami. Misteri kematian telah mengandung para waskita Bali untuk mengadakan studi mendalam atasnya.
Aji Kalepasan/Kamoksan dan ilmu-ilmu tentang kematian, selalu ada dipusat kesusastraan Bali zaman dulu, seperti geria,puri,jero, dan rumah-rumah penekun sastra Bali lainnya. Ini membuktikan bahwa kematian bagi orang Bali bukanlah sesuatu yang penuh misteri, menakutkan dan gelap gulita.
Bagi leluhur orang Bali kematian adalah salah satu dari proses daur ulang dari kehidupan yang sesungguhnya, dimana ia (kematian) dipandang sebagai proses evolusi dari kehidupan yang lebih kasar menuju kehidupan yang lebih halus atau sebaliknya. Sesungguhnya bagi kesusastraan Bali, kehidupan itu tidak akan pernah berakhir, hidup itu abadi.
Artikel Terkait Kematian
- KEMATIAN DAN TIDUR
- KEMATIAN PERJALANAN KEMBALI KE ASAL
- APA PERBEDAAN TIDUR, TAK SADARKAN DIRI DAN KEMATIAN
- MENYADARI DATANGNYA KEMATIAN
- KEMATIAN KARENA USIA TUA
- ALAM SETELAH KEMATIAN
- PERALATAN DAN SESAJEN UNTUK MEMANDIKAN JENASAH
Pandangan salah terhadap kematian, kita terlalu takut mati; ketakutan itu muncul akibat kekurang mampuan kita dalam memahami esensi yang sesungguhnya dari kematian. Akibat keberkutatan dan kesuntukan kita pada ilmu-ilmu duniawi yang sesungguhnya akan menyeret para penekunnya menuju kemerosotan spiritual belaka. Ilmu-ilmu itu memang membuat kita 'basah' dalam gelimangan materi, namun sayang ia sungguh 'kering' dari pencerahan spiritual.
Terkadang banyak orang yang terseret untuk mencari pemahaman-pemahaman tentang kematian pada tradisi-tradisi 'jauh', kemudian lantaran 'kebutaan' mereka pada tradisinya sendiri, si anak malang memandang dengan sebelah mata lontar-lontar leluhurnya.
Iti tatenger kapatyan : Tutupi saptadwaranta, sapta dwara ngaran : karna karwa, rwa songing irung, caksu karwa lawan tunggal cangkem ta. Iki gelarakna: angusta karo anutupi karna, tujuh karwa anutupi panon, linjong karwa anutupi dwaraning irung kalih, lek ta karo anutupi bibir, pucuking tarjininta karwa pada nunggal. Yan katon hana ngalendong kadi pusuhing pisang haneng yoganta, pejah pwa kita. Ginelis walik idepta, ibu mulih maring akasa, bapa mulih ka prettiwi, mgakang siwadwara, poma kita tumut ring deresaning bayunta malecat atmanta ngungsi Siwa Loka.
Artinya:
Cara untuk mengetahui kematian : tutuplah ketujuh lobang itu, tujuh lobang adalah, dua lobang telinga, dua lobang hidung, dua lobang mata dan satu lobang mulut. Caranya; ibujari menutup lobang telinga, telunjuk menutup kedua mata, jari tengah menutup lobang hidung, kedua jari manis menutup mulut, selanjutnya ujung jari kelingking disatukan. Jika terlihat ada seperti pusuh pisang bergelayut saat berkonsentrasi (atau seperti kuncup bunga padma), kamu akan segera mati.
Disini diperlukan adanya keyakinan penuh akan petunjuk-petunjuk dari Aji Kalepasan dan Tutur Kalepasan.