Dewa yajna
Om Swastiastu;
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Pinandita Lanang
Istri yang sudah disucikan yang saya hormati
Yang saya hormati;
Sesepuh dan Penasehat Banjar
Yang saya hormati;
Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug
Yang saya hormati;
ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan Umat Sedharma
yang berbahagia.
Pada hari ini saya
……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Dewa yajna
Pertama-tama saya
menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma
Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat
hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu Umat
Sedharma yang berbahagia;
Dewa
Yajna ialah korban suci dan tulus ikhlas kehadapan Hyang Widhi beserta
manifestasinya dengan jalan sujud bakti memuja mengikuti segala
ajaran-ajaran sucinya serta melakukan Tirtha Yatra (kunjungan ke tempat suci)
Wujud
untuk Niskala seperti upacara, upakara untuk Hyang Widhi dan Dewa-Dewa,
Batara, sedangkan secara Sekala seperti melaksanakan ajaran agama di dunia
salah satunya Tri kaya Parisudha.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Tujuan Dewa Yajna ;
Mengamalkan
ajaran- ajaran Weda, Meningkatkan kualitas diri, Untuk mensucikan diri, Sarana
berhubungan dengan Tuhan, dan untuk mencetuskan rasa terima kasih.
Adapun Jenis pelaksanaan Dewa Yajna seperti ;
Dengan memhaturkan sajen (banten) dan
melakukan persembahyangan. Perlu diperhatikan, yang penting dalam membuat sajen dan
harus ada dalam yajna adalah:
·
Simbol
Brahma : Agni (dupa, kemenyan, ratus, lilin) sebagai saksi dan pengantar
persembahyangan
·
Simbol
Siwa : bunga segar dan harum sebagai sarinya bumi untuk mengucapkan terima
kasih pada Hyang Widhi.
·
Simbol
Wisnu : tirtha sebagai alat pembersihan dan penyucian jiwa.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Dalam
Bhagawadgita IX.26 menyebutkan :
“Patram, puspham, phalam toyam, yo me bhaktya praya
chchati, Tad aham bhaktyu pahritam,
Asnami prayatatmanah”
Artinya :
Siapa
yang sujud kepada Ku dengan mempersembahkan Setangkai daun, sekuntum bunga,
sebiji buah-buahan atau seteguk air, aku terima sebagai bakti persembahan dari
orang yang berhati suci.
Setangkai
daun, sekuntum bunga sebiji buah-buahan atau seteguk air bersifat simbolik.
Yang utama adalah hati suci, pikiran terpusatkan jiwa dalam keseimbangan
tertuju kepada Nya.
Membuat
banten sesuai dengan kemampuan, tidak usah bermewah-mewah, jangan sampai
menghaturkan banten hatinya susah, marah, iri dengki dll.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Selain pelaksanaan Dewa Yajna dengan upakara kita dapat
pula lalukan kegiatan memelihara bangunan suci tempat kita melakukan yajna.
Tempat
untuk sembahyang harus dipelihara kebersihan, kenyamanan agar dalam proses
pelaksanaan persembahyangan berjalan lancar.
Disamping
itu perlu penanaman bunga, serta daun-daun yang diperlukan untuk upacara dan
menambah keindahan, sehingga umat akan kerasan berada di pura atau tempat suci
itu.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Kemudian kita juga harus mempelajari dan mengamalkan
ajaran-ajaran suci Nya serta malakukan pensucian diri lahir batin (Sauca dan
Tira yatra).
Di
pura perlu ada perpustakaan untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran agama,
disamping itu juga perlu ada tempat untuk latihan pembuatan banten, latihan
tari, mekidung (nyekar dalam bhs. Jawa). Juga untuk latihan meditasi (raja
yoga).
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Kegiatan Dewa Yajna dilaksanakan pada hari-hari
seperti ; Hari Purnama dan Tilem, Hari berdasar pawukon (seperti contoh
Budha Kliwon Sinta yaitu Hari Pagerwesi), dan Hari berdasarkan Pancawara, serta
Hari-hari tertentu seperti Gerhana Matahari (Hyang Surya),
Gerhana Bulan Hyang Candra, panen padi (Dewi Sri), mendirikan bangunan suci,
piodalan pura/merajan, kahyangan dll.
Bapak-Ibu Umat
Sedharma yang berbahagia;
Harapan
saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana
ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang
tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.
Om Santih, Santih, Santih Om...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu